Selasa, 31 Januari 2012

Semangat Menulis Anak Muda


Judulnya sama perkembangan postingan blog catatantahupetis kok berbeda, Ya? Udah 4 hari aku enggak nulis di blog. Nah, sebenarnya penulis sendiri bukannya males nulis atau udah pergi dari dunia kepenulisan, dan bukan juga masalah ujian-ujian yang menerpa menghambat atau kehabisan ide. Namun karena penulis lagi menggarap catatan yang lain, yang  bercerita kisah perjalanan penulis sewaktu menjelajahi Kota yang Bercahaya dan Kota sejuta Malaikat, Madinah Makkah. InsyaAllah bakal dikirim ke penerbit buku. Masalah diterima atau tidak, terbit atau tidak itu urusan belakangan. Yang pasti semangat anak muda untuk menulis masih ada dan belum padam!

Nantikan saja catatanku yang baru ini, semoga jadi buku & mohon doanya ^^

Kamis, 26 Januari 2012

Tahu petis; nilai kehidupan part 2


                Di kehidupan ini selalu ada yang menjadi idola kita, untuk dijadikan patokan tersendiri, mungkin untuk mensinkronkan dengan tujuan hidup dan hakikatnya.
                Selain dari lingkungan agama dan keluarga, ada dua orang yang sangat memotivasi semangat dan hidupku. Dan secara langsung maupun tidak, dua orang itu sebenarnya yang telah menyuntikkan virus-virus semangatnya dalam tubuhku, hingga berkembang sangat pesat.
                Siapa dia? Pertama dia adalah Bambang Pamungkas. Tau? Pemain sepak bola Indonesia yang kataku, “Dia yang terbaik.” Terlalu berlebihan emang, sih. Secara kasat mata aku emang subjektif menjudge dia sebagai orang yang berpengaruh. Namun ini semua juga berhubungan dengan hobiku, sepak bola.
                Di sini, aku enggak mau bahas lebih jauh tentang sepak bola. Tapi aku baal kupas tentang si Bambang ini. Mungkin banyak dari pembaca yang enggak kenal sosoknya, benar? Silahkan lihat tulisan “siapa aku” di kolom atas blog ini, dan anda akan menemukan fotonya, hehe
                Nah, kenapa aku sangat respek pada Mas Bambang? Aku emang enggak pernah ketemu. Ngelihat orangnya pun hanya dari tivi, plus tau kepribadiannya pun Cuma dari buku biografinya, “ketika jemariku menari
                Namun, hanya dari kutipan-kutipan yang telah saya sebut di atas, saya yakin dia BERBEDA. Pertama, silahkan lihat cara dia bermain bola. Satu-satunya pemain yang menggunakan kaos dimasukkan rapi tiap pertandingan, satu-satunya pemain yang tidak pernah mendapat kartu merah, jika pernah itupun hanya sekali-dua kali, wajar untuk manusia.
                Jika kita tengok catatan biografinya yang ia tulis sendiri, “ketika jemariku menari” anda akan di bawa ke masa kecil Bambang, mulai dari merajut mimpi hingga terbang ke Belanda bertemu pemain legendaris Jerman, Deisler, dan akhirnya kembali ke Indonesia dan hanya membela satu klub Indonesia yang menandakan kesetiaan, “PERSIJA JAKARTA”
                Aku sendiri sebenernya suka tulisan, sastra sebenarnya aaku sangat respek, namun ketika anda membaca tulisan mas Bambang, anda akan berpikir bahwa saya dilahirkan sebagai pemain sepak bola!
                Ada satu kata legendarisnya yang paling JANTAN menurutku, “saya tegaskan saya adalah generasi yang gagal!” Kata dia, ketika tidak mampu mempersembahkan gelar apapun kepada Indonesia.
                Orang kedua yang mempengaruhi cara pandang saya, adalah Arai. Tau? Yah, dia lah Arai SANG Pemimpi. Seorang yang menurutku bodoh, gila, sinting, urak, berani, tegar, tegas, dan sangat yakin bakal menaklukan dunia! Yah, saya suka dia, melebihi bambang pamungkas sebenarnya. Saya suka cara memandang dia tentang dunia, dia sangat berbeda dengan arus kebanyakan orang dan ia melawan.
                Jujur, aku pingin banget ketemu dia waktu dia masih muda terus menamparnya tepat di pelipis kanannya dan berkata, “KAU GILA!” Haha, aku akui tulisan-tulisanku ini di catatantahupetis sangat dipengaruhi dia, dan semua perbuatanku yang semrawut, aneh, nyeleneh dia yang tularkan. Namun secara tak langsung hakikat kehidupan dia juga tularkan yaitu tentang MIMPI. “Bermimpilah, maka Tuhan akan merangkul mimpi-mimpimu.” Ingat? Aku pun sependapat
                Kelak aku sangat yakin jika aku bakal jadi orang besar, dan ketika ada suatu kesempatan untuk bertemu Arai yang asli di kehidupan nyata ini aku tegaskan bahwa aku menolak. Kenapa? Bukankah aku menyukai cara pandangnya? Emang, sih aku suka. Tapi jauh di dalam diriku, aku bukan dia. Aku itu diriku sendiri, mau ketemu dia atau tidak itu tidak penting karena aku adalah aku. Menjadi diriku yang sederhana dan apa adanya.
                Namun Orang Indoensia terlalu remeh mengartikan kata sederhana. Di konsepkan bahwa sederhana itu kecil, tak berarti atau apalah. Namun bagiku sederhana itu pengartian lain dari kata yang tak bisa diucap, yang berarti berharga. Dan itu bukan Arai, namun aku. Menjadi aku yang sederhana  

Selasa, 24 Januari 2012

tahu petis; pelajaran kehidupan


                Kehidupan itu nggak pernah yang namanaya statif, Yang namanya hidup itu selalu berjalan, seperti roda, kadang di atas & kadang di bawah. Ini juga terjadi sama yang namanya kepala gue, kadang kegedean gara-gara nahan overdosis ge-er & kadang kekecilan karena kena masalah yang bikin nyesek. Fenomena ini bahkan kejadian di diriku nggak ada 24 jam berselang.
                Ini berawal dari kejadian tadi malem, karena malem-malem aku laper, maka aku ajakin adik, Ratna untuk makan di luar. Nah, si Ratna yang badannya gendut itu rajin banget makan yang namanya fast food, jadi dia maksa untuk makan di kentucky gitu. Sekalian deh, aku bawa laptop. Itung-itung buat ngenet gratis, wifi must go on.
                Nah, waktu di jalan, entah gara-gara gelap tanpa penerangan jalan atau lampu motorku yang kurang aki mungkin, aku nggak terlalu ngeliat ke arah jalan..
                “Cuuss—pleeeng.”
                Eh, si vivi (motor  vixionku; namanya vivi) nabrak batu gede-gede di tengah jalan! Hampir aja aku jatuh dari motor bareng Ratna
                “Bang, bisa nyetir motor apa enggak, Sih?”
                “Bukan Mas, dek! Itu liat di belakang banyak batu di jalan, udah kamu singkirin tuh batu-batu.” Lalu motorku aku pinggirin, nunggu Ratna ngebuang batu-batu. Hehe, itung-itung amal deh!
                Eh, mungkin lagi apes dobel ya, Udah hampir jatoh dari vivi, malah si vivi sekarang sakit. Standar samping si vivi eror, bautnya jadi nggak kenceng. Jadi klewer-klewer deh! Plus mesinnya kegesek sama si batu nakal tadi
                Nah, ini yang bikin aku nyesek di kepala. Shocked. Apalagi harus nahan standar samping motor pake kaki kiri biar nggak oleng, padahal jaraknya buat balik ke rumah 2 kilo! Buset
Nggak sampe di sini ceritanya. Pagi harinya, aku ada panggilan dadakan buat reuni sama temen-temen SMA. Nah, langsung deh aku siap-siap mandi, makan, minum, gosok gigi, dan nggak lupa dandan, hehe. Kali aja temen gue dulu ada yang naksir ama gue, ngarep! Hush, eh ada si “z” woy
“Eh, si vivi, Kan masih sakit! Wah gimana nih, masa nggak bisa reunian.” Nah, aku kepikiraan nih ama si vivi sayang, gimana coba? Mau ngebengkelin? Nggak sempet!
Ups, jangan bosen dulu baca kisahnya.
Ngliatin nasi bungkus yang dibeli mama dari pasar, dengan tali karet kuning. “Aha!” Jangan panggil gue Riyan kalo gue nggak punya sejuta akal, kalo Aladin punya seribu akal gue punya sejuta, hehe.
Cap-cus aku ambil karetnya & aku tali di standar samping vivi dan kopling belakang.

nih penampakan dari standar samping vivi..


“Udah, ah nggak apa-apa, yang penting kumpul dulu sama temen lama!”
Sampai di sekolah, hmm. Nggak ada yang spesial. Masih kayak dulu, tapi ngingetin banget sama kejadian-kejadian konyol waktu SMA. Mungkin kalo dibahasakan penyair kayak shAKESPEARE, “MEMOAR YANG MEMBARA DI KUNCUP INGATAN.”
Ketika aku masuk di lorong sekolah, tiba-tiba..
“Mas, dokter...”
“Mas Riyan..”
“Mas, sini mas.. kamu di cari sama si ‘A’.” Dan teriakan ALAY lainnya
Wah, ternyata adik-adik kelasku di SMA kena syndrom ngefans sama aku apa, Ya? Nggak nyangka mereka nyambut meriah banget diriku. Dan denger-denger satu di antara mereka ada yang ngebet suka alias demen sama diriku. Wow!
Aku? Apa coba yang dapat dibanggakan dari aku? Wajah udah ganteng, motornya vivi, kuliah kedokteran, berbakti sama orang tua, hehe. Malah nyombong, enggak sih, aku nggak seperti itu. Hanya anak biasa yang wajah pas-pasan, terus otaknya nyinting, tapi tingkahnya nyyeleneh, semrawut, gegabah! Hehe.
“Dek, aku duluan ke sana, Ya. Aku mau ketemu temenku dulu.” Kataku singkat ke para fans baruku ini, dalem hati aku mikir, “Di kampus aku punya fans, eh di sini juga ada fansku, hehe. Emang hidup itu yang penting hepi-hepi.”
Karena aku masihb di liatin adik kelasku, aku jalan dengan gaya yang super sok. Kayak kapiten deh, maklum JAIM
Nah, bener kan apa kataku? Hidup itu kadang di atas dan kadang di bawah. So, yang terpenting adalah menikmatinya 


Senin, 23 Januari 2012

Tahu Petis; cara biar nggak sakit hati


Di dunia ini ada tiga tipe manusia, baik, setengah baik dan belum baik. Kalau tipe pertama dan kedua, sudah pasti kita sering lihat di kehidupan sehari-hari,yang berbeda hanya intensitasnya, Untuk tipe ketiga, mungkin aku salah, but ini hanya sekilas pendapatku mengenai salah satu memori perjalanan hidup.

Ketika itu, aku baru saja liburan di suatu tempat, bersama keluarga tercinta. Kami mau pulang , dengan pesawat...
"Permisi, Pak. Apa tempat ini kosong." Tanyaku pada seorang lelaki, di dampingi istrinya
"Silahkan, dek."
Memang seharusnya tempat duduk untuk pesawat sudah diatur, tapi karena keterlambatan pesawat & faktor tertentu, kami para penumpang jadi milih tempat duduk seenaknya. Yah, mirip di bus kota lah, bedanya kalo di pesawat nggak ada yang berdiri!
Saat itu, beberapa menit sebelum pesawat lepas landas
"Dek, ini jam berapa?" Tanya lelaki paruh baya yang duduk di sebelahku
Mendengar permintaannya, langsung aku buka setengah lengan baju. "Jam 7, Pak."
Sekilas dia memperhatikan jam tanganku, "Ini kamu beli di sini, Ya? Harganya berapa?" Tanya dia
"Bukan, ini aku beli di Semarang. Cuma 50 ribu."
Lalu bapak itu senyum simpul, dan membuka lengan jasnya. "Coba lihat ini." Sebuah jam tangan dengan merk terkenal, dari sudut pandangku sangat jelas ini jam asli dan MAHAL
"Ini beli dimana, Pak? Harganya mahal pasti, Ya?" Kataku menggoda bapak itu, mencoba mengajaknya bercanda
Tapi, dia hanya tersenyum sambil melihat jamnya, ekspresi khusus untuk menyombongkan diri
Karena aku masih labil mungkin, Ya. Aku langsung berpikir negatif.. "Ini kenapa bapak sombong banget! Baru punya segitu aja.."
Jangan panggil aku Riyan kalo aku nggak bisa ngasih pelajaran nih orang, hehe. Melihat ibu-ibu tua yang kebingungan cari tempat duduk, "Ibu, duduk sini saja." Aku memanggil seorang ibu tua itu, sedikit klasik untuk seorang bapak di sampingku
"Terimakasih, dek."
Aku tersenyuim mempersilahkan dia duduk. Si bapak itu mengait lenganku, "Jangan pindah!.." Dari caranya berkata padaku, dia sedikit merasa kurang nyaman dengan si Ibu. Nah, lalu aku jalan nggak dengerin kata si Bapak, "Biar deh, tau rasa." Hehe..
Cukuplah aku duduk di dekat mesin juga nggak apa-apa, walaupun suaranya kenceng sampe bikin sakit telingfa tapi nggak bikin sakit hati

Minggu, 22 Januari 2012

Satu langkah menuju; MAPADOKS

Hari ini harusnya adalah hari buat tidur seharian, layaknya hari minggu-minggu lain. Namun, karena ada panggilan wawancara untuk seleksi diksar mapadoks, yang emang aku udah ngebet banget iut mapadoks, maka dengan aku pun rela untuk dateng ke kampus minggu pagi.
Ada yang nggak tahu apa itu mapadoks? Apa itu diksar? Nah, tentang masalah itu sudah aku bahas di postingan pertamaku. Intinya mapadoks ini adalah salah satu resolusi alias tujuan ku di tahun 2012. Jadi nggak cuma omdo!
Ini foto kami calon mapadoks habis wawancara 5 jam!

 Nah, proses wawancara ini sendiri mulai dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Sangat menguras tenaga memang, apalagi harus menunggu berjam-jam untuk dapet giliran wawancara. But, niat bulat dan tekad kami telah mengalahkan rasa kantuk dan bosan nunggu giliran. Semangat anak muda
Sebelum wawancara dimulai, kami dikumpulin di ruang laboratorium histologi untuk nunggu giliran.. Tiba-tiba
"Assalamualaikum.."
Eh, dari luar dateng musuh bebuyutanku dari awal masuk FK, yang dapet gelar komting, yaitu Arie arfinanto. (baca lagi; pemilihan komting)
"Lho, kamu jadi ikut?" 
Dia hanya tersenyum ramah.. 
"Yan, kamu bakal kalah lagi, Nih!" Kata Angga.  Dia lalu ngomong tentang kekalahanku di fakultair, ketika pemilihan komting. 
"Ngomong apa kamu?"
" Ari bakal jadi ketua mapadoks! Nah, kamu kalah untuk kedua kali, setelah gagal dapet gelar komting."
Yah, mungkin emang udah nasibku jadi badut di FK kali, Ya? But, di syukuri aja, ambil positif aja, sekarang aku punya banyak fans, hehe
Setelah nunggu 3 jam kurang lebih, akhirnya aku dapet giliran juga.
Menurutku, ini lebih tepat interograsi! Hehe, yah setidaknya itu pandangan awalku saat di suruh duduk di tengah ruangan wawancara dan di kelilingi para mas dan mbak mapadoks senior. Nggak penting apa isi pertanyaannya, yang pasti tekadku udah bulet positif untuk maju di diksar!

 Ini kegiatan kami tiap Selasa & Kamis, kumpul" di tebing

Satu langkah menuju; MAPADOKS





Sabtu, 21 Januari 2012

Tahu petis; cara memalak


            Akhirnya, hari ujian akhir modul semester satu selesai juga. Istilahnya kalo di jaman SMA itu hari terakhir ujian semesteran sebelum ujian praktek. Yah, cukup melepas beban sejenak sebelum minggu depan harus ujian praktek, OSCE.
            Yang mau aku bahas bukan masalah soal-soal ujian kedokteran tadi, aku pun udah bodreks sama ujian. Tapi aku mau bahas kejadian setelah ujian ini. Peristiwa yang nggak penting memang, tapi cukup nge-buat temen setiaku, Tunjung, ngakak.
            Usai ujian ini, aku & Tunjung langsung pergi nyusurin Kota Semarang buat nyari makan. Yah, namanya juga anak muda yang nggak jelas, nyari makan pun juga nggak jelas. Udah parkir motor di depan tempat makan, malah pindah padahal si tukang parkir udah ngasih tempat sampe mainin sempritannya kelabakan  
            Sebagai anak muda, bagi kami bukan masalah rasa yang terpenting. Tapi masalah kantong, asal nggak bikin kantong jebol, mau makan apa aja siap dijabanin deh! Bahkan Duta, temnku pernah memberi kami petuah...
            “Kalian kalau mau makan, harus pertimbangkan.. Seperti warung nasi goreng di daerah sana, ada yang namanya ‘nasi goreng aneh’.”
            “Maksudnya, Dut? Nasi apaan itu? Aku yang udah di Semarang sampe ganteng kayak gini aja nggak pernah denger!” Sok-sok sombongku dengan gaya khasnya cangcuters pake rambut klimis
            Belum sempet aku ngeluarin gaya-gaya tampanku, Tunjung ngepotong “Kamu ganteng ya?!”
             “Gini, di sana ada tukang nasi goreng yang kalo ngebuat nasi goreng se-naknya sendiri. Goreng nasi langsung satu nampan, Kalo ngasih kecap langsung di gojrok semuanya. Bumbunya bahkan ngarang. Kadang enak, kadang enggak.” Katanya sambil berekspresi mirip tukang nasi goreng.
            Kembali ke kisah pengembaraanku bersama Tunjung keliling Semarang, kami pun akhirnya parkir di depan sebuah RESTO. Akhirnya, ada juga duit buat makan di RESTO. Walaupun RESTO nya Cuma pakai AC (angin cemilir), dengan kursi keras, dan terbuka plus parfum knalpot dari kendaraan lewat. Lumayanlah, yang penting tulisan di atasnya RESTO, sekali-kali lah, hehe
            Nah, usai makan di resto ini, kami langsung teriak-teriak nggak jelas. “Resto apaan? Mending tadi ke sini aja! Lebih murah, enak, berkualitas.”
            “Mendingan juga ke tukang nasi gorengnya si Duta!”
            Nah, inilah kebiasaanku. Anak yang ngakunya kuliah di kedokteran yang katanya kuliah di FK itu orangnya pinter, rajin, nggak ceroboh, serius! Karena terlalu lama kepikiran si Resto tadi, aku jadi lupa jalanan, waktu itu aku yang nyetir motor
            “Eh, yan mampir ke toko hewan dulu di depan sana.”
            “Oke.”
            Karena masih kepikiran makan tadi plus nggak perhatian ke jalan (secara perhatianku masih tertuju pada gadis “Z”, hehe) maka dengan ini menyatakan aku hampir nabrak orang naik sepeda!
            “Yan, yan! Di depanmu!” Teriak Tunjung nimpuk bahuku
            “Eh, eh..” Aku kehilangan keseimbangan motor
            Si Bapak yang naik sepeda ini langsung oleng, dari samping aku hampir nabrak dia. Kalo dari kacamata SI Bapak Tua itu, mungkin kami seperti anak muda yang mau malakin dia mungkin, Ya, soalnya si Bapak ngomong , “Amun, dek, ampun..” Sambil wajahnya yang tegang ketakutan sambil naik sepeda olengnya.
            Nah, untung waktu di SMA aku sering ngajakin temen balap motor nggak jelas, so dengan lincah aku ngehindar. Cukup profesional lah, untuk seorang pecundang balapan waktu SMA, hehe. Karena selalu aja kalah dan bergelar “pembalap safety riding!”
            “Maaf, pak...” Kata Tunjung dari kejauhan, saat kami sudah jauh dari si Bapak.
            Eh, malah habis hampir nabrak si Tunjung ngakak-ngakak di belakang. Aku yang emang nggak tahu apa-apa hanya bertanya dalam hati.
            “Ngapain kamu? Ada yang lucu?” Tanyaku padanya
            “Kamu itu gila! Tadi kita dikira mau malakin itu Bapak Tua, dikira kita mau minggirin sepedanya. Gila kamu!”

Selasa, 17 Januari 2012

tahu petis: cara bolos sekola




Tahu petis: Cara bolos sekolah


                Karena bingung mau ngapain, daripada waktu luang hilang sia-sia, dengan ini aku menyatakan kemerdekaan untuk menulis. Hal-hal yang mengenai isi tulisan, akan ditulis secara absurd dan nggak jelas. Dan dalam cara penulisan yang se-enaknya. Atas nama catatantahupetis, tahu petis dot kom, hehe
                Hmm, darimana aku harus menulis?

                Lagi-lagi, edisi tahu petis kali ini akan membahas mengenai tips nyeleneh yang bakal berguna banget buat anak-anak muda. Kali ini aku bakal mengupas tuntas trik-trik untuk bolos sekolah yang bersumber dari pengalamanku yang nggak patut ditiru.
                Dahulu kala, ketika jaman SMA. Ada dua hal yang paling aku benci. Pertama adalah menunggu guru yang gak dateng-dateng, kedua adalah ngliatin guru yang nerangin sesuatu (orang” biasa menyebut “pelajaran”) dengan cara yang monotonistik. Nah, emang dasarnya aku anak yang sangat bermoral, maka aku mewakili seluruh angkatan SMA waktu ini usul, di waktu senggang istirahat.
                “Udahlah, kita bolos aja! Buat apa coba kita sekolah? Nah, nanti, Kan gurunya nggak ada. Kita cabut aja.” Ini lebih tepat dinamakan pidato, di depan pintu kelasku
                Memang di sini tempat kami sering berkunpul, di sudut lorong tepat di dean kelas. Kami satu angkatan biasa berkumpul di sini. Satu angkatan? Apa enggak terlalu banyak? Kalo kalian nanya gitu, maka aku bakal jawab, “Bahkan di kelasku Cuma ada 19 orang siswa, satu angkatan Cuma 58 anak!” Sentimentil
                Nah, sebagai sosok yang emang sinting, aku mempengaruhi setiap-tiap telinga yang nongkrong di sini... “Bagaimana? Yakinlah, nggak bakal dimarahin. Kan, kita bersama.” Ini adalah salah satu kebiasaan burukku sejak dulu, mengajak keburukan! Inget postinganku yang berjudul “Seri fakultair; gara-gara komting” ? Dicerita itu aku juga nulis kalau aku m=ngebujuk komting angkatan buat membangkang, hehe
                “Gila kamu, bagaimana jika kita diskors? Kamu mau bayarin sekolahku!"
                “Apa kamu yakin jika kita bakal diskors semua? Lalu siapa yang bakal sekolah?” Jawabku bijak, mengikuti gaya satu jarinya Pak Mario Teguh.
                “Kamu gila! Tapi ide bagus.” Sesuatu kata yang meyakinkan hampir seluruh anak, mengambil tas dan barang lain. Berkemas untuk pulang.
                Tepat, di saat bel masuk kelas mulai. Siang itu masih cukup panas untuk menyapu semangat kami cabut dari sekolah, tapi kami kan anak muda, selalu bersemangat. Ingat kata Kang Yana, “Konsep semangat, passion?” Nah, kami sebagai pemuda menerapkannya, tetap tegar buat bolos, hehe
Aku di depan memimpin para pasukan bolos ini. “Stop!”
Salah seorang temanku berkata, “Kenapa?”
“Ada kepala sekolah, tunggu dulu biar lewat..” Dan seakan-akan berpikir kami bakal ketangkep, aku yang bernama Riyan ini muncul ide.
“Lempar semua tas ke kelasnya adik kelas!” Yang namnya anak muda emang cepat, sigap, lugas. Lalu sebagian dari kami menyapa Pak kepala sekolah dengan wajah yang, SANGAT RAMAH. Baru sekali bahkan aku nyengir sambil nahan keringet! Sebagian dari kami nunduk ngumpet di balik tembok nungging-nungging kaya kepiting
“Sudah, aman.. “ Kami melanjutkan ekspedisi bolos ini. 
Sebelumnya telah ada dua rencana untuk menuntaskan kegiatan bolos ini, pertama adalah melewati pagar samping. Nah, cara ini paling banyak dipilih, karena memang tidak beresiko. 
Kedua, adalah lewat depan kantor guru. Ini cara terbodoh dan terceroboh, namun dengan tegasnya aku menegaskan, “Kita lewat depan saja, mau ada kantor guru atau apa aja, kita harus berani. Pasti bisa. ”
“Kamu gila, Ya?” Banyak temenku yang nentang dan sebagian langsung misahkabur lewat samping,
“Percaya aku..” Kataku, dan ternyata malah temenku 90 persen ngikutin cara ini! Hehe, aku jadi inget pemilihan komting, waktu itu, Kan nggak pada milih aku (baca: seri fakultair; pemilihan komting)
Dengan sisa semangat kami, di terik matahari. Kami berjalan dengan gagah berani. Membusungkan dada laksana kapiten pattimura. Tanpa keraguan dan tanpa mengendap-endap seperti tikus-tikus got, pelukisan ini lebih tepat bagi sebagian yang kabur lewat samping, pengecut
Dengan segala ketegasan, aku menyapa setiap guru yang aku jumpai. Bahkan Wakil kepala sekolah, “Assalamualaikum, Pak.” Sapaku padanya, tepat satu meter
“Lho, lho ini mau kemana?” Tanya dia , dari wajahnya keliatan banget kalo pak wakil ini heran setengah abad
“Kami mau bolos, Pak..” Kataku jujur sambil nyengir terkekeh sambil garuk-garuk kepala, & mempercepat jalan kami. 
pernah lihat lomba jalan cepat? Nah ini mirip. 
Karena kami anak muda, masih bertenaga kuda dan belum menjadi duda (hehe, peace). Tapi guruku nggak ada yang duda! Kami menang dalam kejar-kejaran konyol itu, si wakil kepala sekolah ngejar kami yang ikut-ikutan jalan cepat kayak lomba olimpiade. Dan karena di depan kami adalah satpam, bawa pentungan..
“Pak, itu anak-anak ditangkap. Suruh masuk.” Teriak pak wakil ngacungin jari
Ups, jangan takut dulu. Cerita masih berlanjut. Masih ada sisa-sisa jiwa pemberontak di dalam tubuhku, santai tapi tegas kami lewat begitu saja di depan satpam, hehe. Jadi ngakak kalo inget kejadian itu, si satpam yang ngoceh cuma lewat bagai angin aja kalimatnya
“Pak, kami permisi dulu, Ya.. Assalamualaikum.” Biar sopan kaburnya, salam dulu kami ke Pak satpam, sambil nundukin kepala
Bahkan ada satu temenku yang ambil tangan si guru buat pamit, cium kepala. GILAAA, setidaknya sopan
Starter motor, kabur dah..hehe
Di hari esoknya, entah mengapa ikut-ikutan kami para laskar bolos atau gimana aku nggak mudeng. Para guru gantian membentuk laskar guru, yang tujuannya menginterogasi kami seharian penuh. 
ada satu pernyataan menarik, “Riyan itu tidak seperti itu, dia orangnya tidak mungkin berbuat itu. Kalian saja yang keterlaluan. Riyan itu anaknya pintar, kalian jangan pengaruhi dia” Bela guruku, saat memarahi sebagian temenku. Dan aku? Hanya diam tak bersuara plus ngakak dalam hati, “Enggak tahu apa siapa Riyan”
“Maaf, pak.” Kami janji nggak bolos lagi, sejak saat itu sampai sekarang.. Bahkan sejak saat itu, aku mulai berubah. Sekarang? Mau telat kayak apa juga aku bakal masuk. Pernah kejadian telat masuk kuliah, padahal hampir selesai. Gimana ekspresi dosen? Kikuknya diriku? Besok aku ceritakan

Pesan moral:      Kalau mau bolos ajak riyan, kalua tidak jangan bolos
                                Kalau ada guru lewat, jangan lupa senyum salam sapa
                                Jangan pernah membolos lewat samping, harus lewat depan 

Siapa Tahupetis?

Sebenernya profil tentang siapa aku bakal aku rahasiakan, berhubung ini awalnya catatan pribadi. But, seiring waktu jalan-jalan, tahupetis berubah pikiran & berbaik hati bakal ngasih profilnya. Hehe

Nama            :Muhammad Riyan "tahupetis" Arrizal
Alamat          :Jl Kyai Mojo 17 Semarang
TTL                :01 April 1993
Kerja             :Mahasiswa kedokteran
Cita"              :Keliling dunia
Hobi              :Menulis gak jelas
Status            :Lajang
Fb                  :Muhammad Riyan Arrizal
email             : chooseyourtable@gmail.com
phone            085712974527






eeehhhh, salah. Sorry ini foto Mas Bambang Pamungkas



+
+
+
+
+

Senin, 16 Januari 2012

Tahu petis: Penjual bakteri!



Menulis apa hari ini? Sebenarnya masih banyak uneg-uneg yang mau saya tulis & share untuk buku/blog catatantahupetis, tapi karena udah malem plus ngantuk berat? Yaudahlah. Besok aja kali, Ya
                Ada hal kosakata baru dalam kamus hidupku, yaitu jual-beli penyakit. Sebagai calon dokter, masalah penyakit dari penyebab, akibatnya, komplikasi, patogenesis, dll sampe kematian bakal aku pelajari di kampus. Tapi ini apa coba? Jual-beli penyakit!
                Sadar atau tidak, selama ini proses jual beli penyakit emang udah terjadi di masyarakat luas. Lho, kok? Nah, ini berawal dari kisah sedih anak kos, tunjung & seorang temennya yang agak gila, gak lain adalah aku, hehe. Kisah curahan hati yang menuliskan  sulitnya hidup sehat sebagai anak kos yang hidup di tengah perantauan.
                Di tengah kami mencari tukang tambal ban buat ngisi angin, aku liat di sebelah alfa**rt ada warung mie ayam buka.
                “Njung, kamu mau es teh, nggak? Aku traktir deh sampe kembung juga aku jabanin!” Aku nawarin ke Tunjung
                “Nggak, lah..” Kata dia, lalu membayar pak tukang isi angin.
                Daripada kelamaan nawarin ke dia, karena sesuai pengalaman dia nggak bakal mau yang namanya minum; 1. Es teh di kompleks kos, 2. Es susu dan es lainnya, yang pasti bukan julia EStelle. Kalo ES yang ini aku juga mau, dah! hehe, Aku lalu pergi ke warung mie tadi
                “Kenapa, njung? Selalu aja nolak kalau aku mau beliin minum.” Aku tawarin ke dia es teh ku, “Nih, minum.”
                “Nggak, ah. Itu harganya berapa?” Tanya dia polos
                “Seribu lima ratus.”
                “Penyakit dijual laku, Ya? Emang kreatif orang Indonesia!” Katanya sambil starter motor, dari gayanya kayaknya dia mau nampilin otak ces-pleng nya ke aku.
                “Kok? Maksudmu?”
                “Bukankah yang kamu minum itu bakteri E. Coli? Ternyata bakteri E. Coli mahal, Ya? Seribu lima ratus! Padahal kalo kamu mau bakal aku kasih gratis, Kan habis ini aku mau pup” Jawabnya sambil nampangin wajah miri ayahku, wajah pendewasaan
                Emang bodohnya aku dan karena terlalu absurd mungkin otakku, nggak mudeng juga. Masih dengan gaya nyruput es teh, “Maksudmu?”
                “Bukannya es teh yang kamu minum itu, es nya dari balok es yang airnya tercemar, Yan?” Jawab dia senyum-senyum kayak marmutnya bang raditya dika!
                “Sial,” Karena aku emang orangnya super ceroboh dan emang susah dibilangin kali, Ya? Langsung aku seruput es tehnya cepet-cepet, biat si tunjung nggak ngoceh-ngoceh tentang bakteri-bakteri peliharaanya, “Udah aku minum semua, Nih! Aku kan emang pelihara bakteri di tubuhku, Njung. Ntar juga keluar bareng si pup.” Hehe

Minggu, 15 Januari 2012

Simulasi OSCE plus plus

-Laskar Joko Tingkir-
Tebak yang mana Riyan si Gila??


Hari ini cukup membuat senyumku hilang, karena ngakak. Kenapa? Karena hari ini, aku ada simulasi OSCE (semacem ujian prakteknya calon dokter kayak aku, Nih). Di simulasi ini banyak kejadian konyol, gokil plus sedikit sok apatis yang bikin nggak berhentinya sarafku untuk merintah si Riyan ngakak-ngakak nggak karuan.

“Dek, kamu jadi probandusnya, Yah?” Minta seorang Mas kakak kelas (aku lupa namanya)

“What? Aku, Mas?” Aku nolak dengan wajah kaget. Karena aku agak gendut, jelas dong aku nggak mau. Apalagi ntar kalo jadi probandus harus buka baju segala, Kan malu tubuhku di pegang-pegang sama perempuan.

“Udah, lah! Harus mau.” Langsung si Mas maksa, dan aku dipersiapkan.

Oh, iya sampe lupa. Para pembaca belom tahu, Ya apa itu probandus? Probandus itu nama kerennya dari pasien. Kami para dokter maupun calon dokter menyebutnya demikian.

“Dek, kamu masuk ke station pemeriksaan fisik perut, Yah?” Kata mbak tutor, orang yang bakal jadi tim penilai selama OSCE.

Emang dasar si Riyan, karena yang minta cewek aku jadi luluh! Hehe, layaknya ksatria yang gagah berani plus ditambah penampilanku yang pagi itu pake baju ketat, aku jalan di depan si Mbak. “Lihat nih, Mbak. Nggak salah pilih deh milih aku jadi probandus, cukup atletis untuk jadi pasien!”

Lalu aku mendapat instruksi dari si Mbak, singkat tentang apa saja yang harus aku lakukan untuk jadi probandus. “Iya, mbak...” Aku manut

“Pokoknya, nanti kamu diem aja, Dek. Biarkan temenmu kerja, jangan dibantu, Ya. Kan ini latihan jadi dokter.” Katanya

Aku bersiap, skenarionya adalah aku jadi pasien yang berumur 50 tahun, mengeluh sakit di bagian perut kanan. Bel mulai, dan temenku masuk..

“Assalamualaikum, bapak.” Ini temenku udah mulai, jadi dokter sungguhan. Walaupun dari caranya bicara aku sudah bisa memastikan satu hal, “aku bakal ngakak!” Betapa enggak, ngeliat tingkahnya aja yang belaguk dan gugup gitu, plus bingung, lucu dah. Sorry fin..

“Waalaikumsalam.” Tegasku

“Saya dokter Elfin, dengan bapak siapa?” Dia sambil nurunin kepala, kayak orang jawanya sopan

“Bapak Riyan.”

“Oh, begini bapak, di sini saya akan melakukan pemeriksaan fisik perut bapak, apa bapak bersedia?”

“Iya, saya bersedia.”

Lalu Si Elfin dengan wajah super gugupnya nyuruh aku untuk tiduran di kasur pasien, “rileks, Ya pak.”

Kalo ngeliatin wajahnya yang kayak gitu aku ngakak-ngakak sendiri, semacem gado-gado antara kaku, malu, gerogi, takut, dan yakin. Hahahaha...

“Bapak, tolong di buka bajunya, Ya...” Kata Elfin meminta, eh Dokter Elfin maksudnya (Kan lagi main di skenario)

“Iya, Dok.”

“Pak, enggh.. enggh...” Keliatan dia demam panggung. Mungkin ingatannya hilang sejenak di station ini.

“Apa, yan ini? Aku bingung..” Bisiknya padaku, sambil ngerlipin mata. “Mau sekongkol, Ya?” Pikirku, sambil ngeliat dia.

Karena aku sebagai teman yang baik, aku langsung ngasih kode-kode rahasia.. “Fin, palpasi (raba) bagian hati..” Bisikku

“Oh, iya ennggh, saya akan melakukan palpasi pada hepar, bla bla bla... penjelasan ilmiah lainnya.” Tak perlu aku jelaskan di tulisan ini, karena PANJANG . Udah cukup tadi pagi aja aku berurusan sama bahasa alien yang menurutku kebanyakan huruf “s”. Contohnya; probandus, umbilikus, tonus, dan lain-lainus

“Sakit, tidak pak?” Tanya dokter Elfin, menekan hatiku.

Waktu itu aku pengen banget teriak, “Geli banget tau, Fin!” Emang sulit, Ya perjuangan jadi dokter, Harus ngerasain jadi probandus juga. Apalagi kalo dokternya wanita, aku paling nggak tahan kalo di pegang-pegang kayak gini. Risih

“Enggak, dok.”

“Kalo ini, Pak? Sakit?”

“Ssst, Fin. Kebanyakan panggil, Pak kamu. Emang aku bapakmu!” Hehe, di tengah OSCE masih sempet-sempetnya aku bisik dia kayak gitu, tapi entah dia tau apa enggak.

Aku lihat si Elfin udah mulai menguasai keadaan. Dari cara ngomongnya udah lancar. Karena udah pinter, dia nggak lagi kedip-kedip mata ke aku. “Wah, nggak ada lagi yang bikin ngakak!”

Dan ketika pemeriksaan berlanjut, “Dia melakukan palpasi abdomen (perut)..”

Sungguh di luar perkiraan, dia malah melakukan palpasi bagian dada atau biasa buat pemeriksaan paru-paru. “Sekarang, rileks ya Pak!”

Eh, si Mbak langsung ngasih kode aku buat diem sok apatis, dan si Elfin masih tersalah dalam kesalahan. “Aku Cuma bisa nahan ngakak, ngeliatin Elfin yang ngelantur plus mbak yang senyum-senyum.”

“Gimana, Fin?” Yakin gak?” Tanyaku untuk meyakinkan. Di akhir station

Senyumnya cukup meyakinkanku, tidak sadar dia melakukan kesalahan terbesar tadi.

Maaf, ya Fin...

Setelah terkekeh-kekeh gara-gara temenku Elfin ini, aku masih tetep jadi probandus untuk setengah angkatanku. Bahkan aku sempet dapet giliran di tensi sampe 30 kali!

“Mbak, sakit ini lenganku..” Protesku, minta ganti probandus.

“Sabar, Ya dek. Hidup emang sulit.” Dia Cuma jawab sambil senyum, mbijaknya

“Oh, iya mbak. Tapi nanti aku nilainya tambahin, Ya!”

Setelah bergelut dengan setengah angkatan untuk melayani jadi probandus, kami para probandus selain aku juga ada. Ada 20 anak. Kami diganti dengan probandus baru, dan akhirnya dapet juga giliran jadi DOKTER

Pertama-tama, kami di bagi kelompok-kelompok kecil. Memang dunia yang penuh kebetulan dan kebeneran, kayak tulisan aku yang dulu, aku dapet satu tim sama si Z, yang dulu aku tulis di “Resolusi Juaraku di 2012” Inget, Kan?

“Lho? Kamu belum, Ya?” Tanyaku..

Dari belakang, seorang temanku langsung nyautin, “Wah pas banget, Yan! Satu tim kalian, satu ruangan!” Aku Cuma bisa menahan rasa, dag-dig dan jedug. Rasanya, seperti dapet suntikan 1.000.000 gram vit. C, semangatku overdosis. Menguap juga dah ujung kepalaku kalo dunia ini kayak kartun

“Ingat, Ya dek. Ruangan yang akan kalian masuki, harus urut!” Kata mbak yang mengorganisir acara.

Aaku dan si Z ini bersiap, berdiri berdua. Sesekali aku mencuri pandang untuk sekedar melukis wajahnya di tak dan benakku. “Wah, cantiknya..” Ini versi upin-ipinnya, hehe

Tak ingin aku mencemari kisahku dengan hal konyol dengannya, cukup untuk menatap senyum kecil sudah cukup. Hah, hidup ini memang indah, Bukan?

Tak cukup di situ saja, aku tersenyum untuknya. Sungguh karunia terindah dari Allah

Catatan tahu petis, perubahan bodoh dari penulis

Sebelum aku menulis berbagai pengalaman, ada perubahan yang sudah aku lakukan di blog ini, yaitu menbgubah nama blog. Memang ini bukan keputusan yang mudah, mengingat nama blog sudah cukup familier & aku emang suka sama nama yang dulu, pengusahamuda99.bogspot.com

Di akhir pertempuran hati untuk mempertahankan atau mengganti, ternyata kekuatan hati untuk mengganti namanya lebih besar. Memang ini sedikit ceroboh, namun perubahan memang perlu.

Ada dua alasan utama aku ganti nama blog ini, pertama karena nama pengusahamuda99 berkonotasi dengan blog bisnis, jadi nanti dikira aku mau bisnis atau banyak iklan gak jelas. Kan, blog ini aku buat sebagai catatan pena, yang akan aku baca kalo nanti aku dewasa, agar aku ingat masa mudaku yang penuh gairah untuk juara.

Kedua, karena nama baru, catatantahupetis namanya aneh. Sekilas berkesan ini memang sebuah catatan, tapi jika dilihat-lihat jadi aneh gimana gitu. Yah, mungkin karena ada tahu petisnya kali, Ya. Makanan kesukaanku.

Sekali lagi saya tegaskan di sini, blog ini bukan untuk mencari popularitas. Walaupun blog sebelumnya sudah cukup terkenal, namun karena setengah otak saya masih melenceng. Apa boleh buat?

Sabtu, 14 Januari 2012

Catatan Pena untuk Bunda







Ada seorang wanita yang paling aku cintai dan hormati, bahkan akan aku kenang sepanjang masa, dialah Iftita Haidati, tak lain Ibundaku. Sebuah nama yang tergores dari keringatnya saat nafas pertamaku hadir, menggolongkannya sebagai salah satu malaikat yang aku kenal, dari Allah. Tak terlalu tinggi aku memujinya, wanita yang menjadi pahlawan, kawan, teman, bersanding & tak berlebihan.

Meski berlebihan busa aku menilik kata terindah untuk dia, sampai akhir redup matahari tak akan cukup melukisi setetes tangis dari nya. Mungkin cukup bersandang jika aku mengabdikan diri, seperti kaki langit.

Namun, seorang memang telah hadir, tak kupungkiri. Pernah ibunda berkata, "yang sesuai, ingat bagaimana agama menunjukkan jalan." Yang berarti wanita terbaik untuk seorang terbaik, tak ku lupa itu.

Dan sekarang, samar terlihat, memang belum saatnya aku menghakimi identitas qolbu. Walau detaknya begitu hening, menyempurnakan hentakkan yang belum sempurna, sunnah Nabi.

Masih muda, cukup dengan kata, "Gairah, ketegaran dan semangat, terhadap apa yang disebut tujuan." Kata Mario teguh, sukses semuda mungkin


Seri fakultair: bertahan dengan CD


“Ngga, bangun!” Bisikku padanya.

Pagi ini, hari kedua kami akan menjalani fakultair. Walaupun tidur Cuma 3 jam, kami tetep semangat juga untuk menghadapinya! Meskipun pada akhirnya kenyataan menyatakan lain, hampir saja aku ketiduran waktu sholat, mungkin ini salah satu sujud terkhusyuk, hehe

“Aku nggak nyangka, Yan.” Angga natap ke wajahku yang baru selesai Sholat Shubuh, matanya masih terlihat bekas mimi-mimpi yang belum sempurna malam ini

“Nggak nyangka apa?” Aku nggak mau kalah ngantuknya, kalo mata dia sipit, aku buat mataku tutup seluruhnya

“Dari semua temenku SMA, sampai sekarang sholatmu paling lama!” Dia senyum percaya, tapi agak dipaksa

Dalam hati aku aku mikir, “Ini orang nggak tau apa, Ya? Hampir aja ketiduran waktu sujud tadi! Untung Bu Jack datang ngetok-ngetok pintu, jadi bangun, deh.”

Setelah kami bersiap-siap pagi itu, pukul setengah tujuh kami bersiap berangkat.

“Dek, ini makan dulu. Walaupun tidur hanya tiga jam, jangan lupa makan. Ini Ibu belikan makanan plus teh anget.” Kata Bu Jack. Tiga bungkus nasi & teh anget manis, padahal kami sudah merepotkan malamnya. Memang berhati malaikat

“Terimakasih, Bu!”

Usai makan, mendekati jam tujuh pagi. Waktu itu Jack keluar kamar mandi tepat, dan ngomong ke aku, “Cepet mandi sana!”

“Nggak, ah Jack! Ntar kita telat.”

“Yang bener kamu? Ini mumpung masih kosong, Yan! Nggak apa-apa kita telat, lha gimana lagi, walaupun nggak tidur yang penting mandi.”

“Jack, udah biasa kalo aku nggak mandi. Nggak mandi biarlah, yang penting...” Aku langsung ambil parfumku, cassablanca item. “Wangi!”

“Lha kamu nggak ganti daleman?”

“Wah, kalo itu... Biar wangi juga ini aku semprot, puas!” Aku semprotin parfumnya ke arah....

Lalu kami berangkat ke kampus, dengan perasaan yang tertekan. Apalagi tugas yang akan kami hadapi? Pasti akan ada acara marah-marah-an!

Dan emang bener aja! Fakultair hari kedua bahkan lebih buruk dari yang pertama. Sampe-sampe Komdis teriak gini, “Kalian yakin kalau kalian itu keluarga? Mana buktinya? Maju sini!”

Dalam hati aku mikir, “Kenapa ini Komdis, sakit hipertensi kali, Ya?” Si Ari komting diem aja. Dia seperti pasrah, walaupun aku tahu itu adalah simbol kedewasaan dia, nggak seperti aku yang tanpa pikir panjang dengan lanytang dan penuh emosi,

“Kami keluarga!” Aku nggak mau kalah sama teriaknya Komdis, Dia adalah Mas Nunu. Komdis favoritku, gayanya seperti kutu buku kelas berat. Berkacamata agak diturunin

“Siapa kamu? Maju sini!” Matanya tetep aja sinis, malah semakin sini ngeliatin ke arah aku.

Dengan sisa kesombongan di hari pertama waktu nyalon komting aku maju, kali ini aku jalan niru gayanya Ari Komting. Tegas & tegap. Mungkin aja habis ini akau jadi komting, hehe.

“Dek, kenapa kamu yakin kalian ini keluarga?” Bisik Mas Nunu, sambil menatap sok sinis tepat ke mataku, persis banget 5 centimeter di depan mataku!

Kalau dunia boleh main hakim sendiri, udah aku tinju wajahnya sampe bengkak-bengkak, hehe (Maaf, Ya Mas Nunu, kamu adalah idolaku). Lha gimana lagi? Aku nggak salah apa-apa di tatap sinis gitu coba

Aku , Kan Riyan. Penuh ide. Pertama, aku tarik nafas pelan. Aku sempet ngelirik ke arah Ari yang diam,karena aku yang otaknya melenceng ini punya pikiran, “bangkitin semangatnya Komtingku! Lawan dong!”

“Mas, kami ini keluarga! Kami ini satu. Kami dateng ke sini bersma, dan keluar pun bersama!” Teriakku sangat lantang, sangat tegas, hehe. Sebenernya waktu itu aku berbisik nambahin pernyataanku, “Mau ada Komdis kayak Mas seribu, pun kami tetep keluarga, Mas! Bonyok-bonyok juga, Mas, tapi kami tetep satu.”

“Oh, gitu.” Kata Mas Nunu berjalan berputar-putar, aktingnya menjadi-jadi.

Aku nggak mau kalah akting, “Mungkin itu jawaban kami semua!” Aku jawab sambil keluarin jurus aktingku, untung aja dulu aku ikut kelas akting.

Aku diam, di dekati semua Komdis. Sendiri di depan. Kalo boleh jujur, Ya, aku waktu itu mulai merinding. Bayangin coba, dari semua sudut Komdis menatap tajam ke satu arah, si gila Riyan.

“Apa ini? Moto, Kok yang penting hepi-hepi!” Kata Mas Nunu. Lalu dia ketawa-ketawa sendirian nggak jelas, sambil sedikit dibuat-buat. Kalo aku boleh ngomong, dia ketawa kayak orang nggak jelas.

Habis denger ketawa anehnya dia, mungkin dia nggak lolos kelas akting! Aku langsung pura-pura menguap. Aku puas-puasin tertawa dalam dua lembar telapak tangan. Nggak kuat denger gaya ketawanya.

“Kamu, kembali sana!” Salam perpisahan darinya, yang juga menyelamatkan aku dari ganasnya Komdis lain yang waktu itu lagi jalan ndeketin aku.

“Alhamdulillah.”

Hari ini pun, kami masih menerima suara-suara marah yang lantang dan tugas yang tentunya lebih berat. “Tugas, hari ini dek bla bla bla bla, bla bla bla bla, bla bla...” Dan yang ku ingat hanya bla bla bla, perrcaya tidak waktu itu Komdis ngomong, “Di catet!”

Karena aku emang agak nggak jelas orangnya plus emang lagi males, yang aku tulis adalah “Pulang, pulang, pulang!”

Untung aja, waktu itu catetan kami nggak di cek satu-satu. Gimana kalo seandainya di cek? Bisa-bisa aku... Udahlah, yang namanya cowok harus dihadapi apapun itu

Hari kedua, Pun selesai.

“Ma, aku nggak bisa pulang dulu, aku ada tugas banyak.. Aku tidur di tempat Jack, bareng sama Angga.” Sempet itu kata yang terucap mengenang suara Mama, yang dua hari nggak ketemu. Aku emang anak Mama

“Ingat pesen, Mama Ya. Makan teratur, jangan lupa tidur, jangan lupa mandi!”

Aku mengiyakan pesan Mama, aku sadar pesan dan kata-kata orang tua adalah suatu mantra tersendiri yang manjur.

Aku kembali ke kos Jack, kali ini Bu Jack udah pulang ke Boyolali.

“Jack, sampein maaf ke Ibumu, Ya.” Pintaku

“Enggak apa-apa, Yan. Iya.”

Hari yang sangat monoton untuk kedua kalinya, tugas berat yang menanti kami. Tak perlu lah aku berpanjang lebar dengan tugasnya, aku sendiri sudah muak mengingatnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Sebelum tidur Jack ngomong ke aku, “Kamu nggak mandi?”

“Nggak, ah. Aku udah nggak kuat, bahkan kalo kamu ngasih film bokep aku juga udah gak kuat!”

“Wah kamu ini, istighfar!”

“Aku canda doang, kamu banyak omong, sih!” Emang dunia bokep bukan duniaku, walaupun temen SMA ku banyak yang suka. No way!

Mungkin, Jack emang bener. Aku emang jorok banget. Idiot, tepatnya kalo bahasa film. Dan kami lalu bermimpi ria untuk menuju hari ketiga fakultair, pagi hari terakhir...

“Kamu nggak mandi lagi, Ya? Nggak ganti daleman?” Kata Jack

“Udah, nih parfum masih kuat, Kok!” Kataku ketawa, malu juga sebenernya aku sama si Jack. Bayangin coba? Nggak mandi, nggak ganti hanya modal parfum selama tiga hari penuh! Lha gimana lagi? Mau pinjem punya Jack, ntar malah kekecilan. Kan, beda ukuran! Jangan mikir jorok.

Dari tatapan mukanya, Si Jack sedikit menahan sesuatu mungkin agak gimana gitu. Tapi akhirnya, dia malah ngakak-ngakak bareng Angga, “Emang temenmu ini, Kan gila!” Kata Si Angga

“Ayo, lah berangkat ke kampus.. Nggak ganti daleman juga nggak apa-apa lah, yang penting, Kan HEPI-HEPI!” Aku ngakak

*Pesan moral : Batas pakai daleman yang sama adalah dalam tempo 3 hari

Ari adalah Komting

Yang penting HEPI-HEPI

Jumat, 13 Januari 2012

Tahu Petis: Cara Mencontek Waktu Ujian



Tahu petis kali ini akan membahas seputar ujian. Lebih khususnya cara buat nyontek waktu ujian. Saya tulis ini bukan untuk mempengaruhi kalian para pembaca buat nyonterk, tetapi biar kalian tambah kreatif aja. Kan nggak selamanya ingatan kita kuat buat ngapalin buku seabrek banyaknya. Coba aja kalo kalian kepepet? Nah, semoga tulisan ini bermanfaat!

Lebih ringkasnya, ini adalah salah satu pengalaman hebohku waktu SMA. Emang banyak banget ya pengalamanku SMA, awalnya tulisan ini aku mau tambahin di “Hal-hal bodoh yang aku lakuin di SMA part 2” yang mau terbit bentar lagi, tapi karena temen-temen se-angkatanku besok mau ujian plus penulisan yang part 2 butuh waktu, jadi aku rasa perlu penulisan secara instan. So aku masukin ke Tahu petis. Check this out.

Catatan Tersembunyi

Ketika SMA dulu, aku paling anti kalo nyontek temen waktu ujian, apalagi nyontekin, udah aku gampar temen yang nyontek aku! Hehe, dulu tapi. Kalo masalah nyontek temen, no way dah! Kenapa? Bukannya aku sebagai manusia sombong atau gimana, tapi ini berdasar dua alasan kuat; pertama, karena dulu pernah waktu aku nyontek habis-habisan temenku waktu ujian sampe semuanya sama persis, sampe-sampe gurunya manggil aku selesai ujian.

“Kamu nggak ngerjain ujian, Ya?” Kata guruku di depan kelas.

“Ngerjain, Kok Bu, malah saya yakin banget kalo dapet nilai tertinggi.” Aku nyombongin diri watu itu, maklum aku kan nyontek temen yang katanya udah belajar mati-matian

“Kok Ibu nggak liat? Mana, Ya?” Sambil sok nyari hasil ujian Ibu Guru senyum-senyum meringis, nahan dikit pake tangannya.

“Ada kok Bu.” Jawabku sambil ngangguk kepala

“Coba kamu panggil ini anak..” Dia nunjukin sebuah nama seorang temen, secara aku nggak mau buat aib, kita panggil aja Mr. X

“Oke, bu...” Aku ngeliat sekilas kertas ujiannya. Lalu jalan ke-luar kelas, maklum semua temen udah pada ngeluyur keluar kelas, Kan habis ujian istirahat.

“Eh, tunggu dulu...” Kataku, sambil berhenti tepat di daun pintu

“Ibu, tolong lihat hasil kertasnya lagi, Bu...” Kataku penasaran

“Ini...”

Sial! Ini, Kan tulisanku. Kok, namanya Mr.X, Ya? Si Ibu senyum-senyum sendirian lagi ngeliatin ekspresi wajahku yang ketakutan plus sok blagu. Wah, emang namanya Riyan, kali Ya pinter pasang wajah blagu., sok kagak tahu! Langsung aja aku keluarin jurus aktingku..

“Oalah, ini tadi waktu pembagian kertas, aku nggak dapet, Bu, eh aku dikasih sama kertas ujian Mr. X, aku lupa ganti namanya, Bu!” Kataku sambil senyum & ketawa kecil

“Mosok?” (Dalam bahasa Indonesia “Masak, sih?”) Si Ibu senyum, “Jangan bohong, Ya, ada yang lebih tahu di atas, Nak.”

Si Ibu membelai lembut rambutku, dan tersenyum. “Ibu, tau kamu nyontek, Le. Daritadi ibu juga ngawasin kamu. Kamu itu anaknya pinter, Le. Kreatif! Nah, tapi kreatifmu jangan dibuat dalam urusan nyontek! Kamu rugi, coba kamu suatu saat nulis novel, Kan malah lebih bagus?”

Perkataan yang paling aku ingat!

Alasan kedua aku nggak mau nyontek adalah, karena pesan Mamaku yang ke-5 berbunyi, “Kalo kamu mau pinter, jangan nyontek, Ya dek. Kamu pasti bisa, walaupun gagal, Kan kamu tetep anak Mama!”

Emang perkataan Ibu itu manjur banget. Kalo kita ngikutin, jalan pasti akan mudah! Bahkan menurutku, doa atau perkataan Mama itu lebih manjur dan berkasiat daripada minta doanya sama orang ahli agama.

Nah, kok malah ngelantur, Ya tulisannya? So, back to cerita inti. Ada satu cara ampuh waktu SMA kalo aku mau nyontek. Lho? Katanya aku nggak nyontek? Ups, kalo nyontek temen aku paling anti, Ya! Tapi kalo nyontek catatan, adalah sebuah hobiku waktu SMA yang ke-3. Bahkan kalo di rata-rata udah ngelewatin jadwal mandiku tiap hari waktu SMA, (Kan waktu SMA, aku sering banget nggak mandi waktu berangkat pagi! Hehe). Tapi menjelang dewasa Alhamdulillah sekarang udah bisa mandi sendiri & nyadar pentingnya mandi.

Kembali ko topik, dulu waktu ujian udah deket. Aku punya strategi jitu buat dapetin hasil yang bagus! Ingat perkataan,”Ilmu kalo nggak dicatet bakal lupa.”? Nah, aku sebagai anak muda yang nggak bergelar “omdo” alias omong doang jadi aku laksanakan perkataan itu, hehe

Waktu itu..

“Yan, ngapain kamu?” Tanya temen SMA, kita panggil aja Edo, karena dia emang deket sama aku waktu SMA. Ntar kapan-kapan aku ceritain tentang ini orang.

“Aku lagi buat contekan, Nih!” Kataku sambil buat tulisan contekan.

“Wah, ternyata pake contekan, Ya? Bikin males tau!” Dia nuduh-nuduh pake jarinya ke aku, sambil senyum penuh makna kayak sule di OVJ

“Ssst, jangan ganggu!”

Aku lalu ngelanjutin buat catatan-catatan kecil. Ada beberapa tempat strategis yang aku emang biasa kasih catetan, pertama adalah bagian tangan. Ini karena dulu SMA ku modelnya pake lengan panjang! Yang kedua, aku tulis catetan kecil di kertas yang aku tempelin pake selotip di bagian dalem baju, hehe. Terus biar tambah mantep waktu nyontek, aku tulis di atasnya, “catatan contekan”, emang buku doang yang pake judul catatan (Catatan akhir sekolah, dll) , contekan ku juga!

Nah, setelah bel. Kami anak kelas masuk semua buat ujian.

“Siap, Ya. Ujian mulai.” Kata guruku nyuruh kami mulai ngerjain.

Emang gila otakku, dengan mudah dan hampir tanpa beban aku ngerjain ujian. Eh, nggak lupa aku pasang wajah serius & plus sok bingung waktu baca soalnya. Ini berguna banget biar si guru percaya ama aku.

“Aha, aku tahu..” Kataku sambil masang wajah seneng instan, ini berguna biar si Guru percaya sama kita kalo kita emang bisa

Ujian, Pun berakhir. Dan aku sangat yakin bakal lulus ujian tanpa remidi!

Tengah siang, kami solat berjamaah dzuhur. Tepatnya waktu aku lagi siap-siap wudhu di depan keran, aku lingkis sebagian lengan sampai bagian siku ke atas.

“Yan, tunggu dulu...” Kata seorang di belakangku, seorang bersuara besar. Kayaknya aku tahu!

“Kenapa?” Aku noleh, dan ternyata... Guruku! Kita panghil aja yang suka jaga pintu

“Ini apa?” Dia senyum-senyum ke aku pake wajah gembira, mungkin jika diibaratkan seperti film shaun the seep, penggembalanya waktu lukisannya terjual mahal!

“Hehehe, ini lukisan seni, Pak!” Kataku, nggak jadi wudhu

“Oh, seni, Ya? Jadi kamu suka seni?” Tanya dia

“Jelas dong, Pak!”

“Kalo gitu mau nggak Bapak kasih gambarin seni? Lebih bagus dari ini.” Bapak Guru nawarin,

“Mau banget, Pak!”

“Nanti setelah solat, dateng ke kantor, bapak mau lukis wajahmu!” Lalu Bapak langsung wudhu di sebelahku yang kebetulan kosong. Temenku pada ngomong satu kata bersama, “Eiiiaaaaaaaaaaaaaa....” Ketawa ngakak-ngakak.

Nah, setelah mendapat nasihat dari Pak Guru, aku mulai nyesel kalo nyontek itu nggak baik buat kesehatan. Mungkin hari ini aku nggak jadi dilukis, Kan bapaknya baik! Coba aja kalo wajahku dilukis? Masih mending kalo itu gambaran lukisan, gimana kalo yang ngelukis guru fisika? Atau kimia? Atau matematika? Bisa-bisa kepinteran wajahku penuh rumus

Nah, usai sekolah aku langsung pulang. Buka baju seragam & naruh di tempat cucian. Dan di dunia yang penuh Kebetulan, kebeneran juga waktu itu Mama lagi di sebelahku, langsung Mama ambil seragamku.

“Gimana ujiannya?” Tanya Mama, Beliau emang perhatian banget ke aku

“Alhamdulillah bisa, Ma.”

“Syukur, deh. Itu baru anak Mama.” Mama senyum

“Siapa dulu anak Mama, Riyan.”

“Kamu emang anak mama terbaik!” Katanya mamaku yang lagi ngotak-atik bajuku. Aku pergi ninggain mama ke ruang makan.

Tiba-tiba mama nyetop langkahku, “Kamu tadi yakin bisa?” Tanyanya.

“Yakin bisa, Ma. Kalo boleh beli borongan aku beli deh yakinnya jadi 200 persen!” Jawabku tegas.

“Oh, gitu. Kamu enggak lupa pesan mama, Kan?”

“Yang apa, Ma? Semua pesan mama yang jumlahnya 20-an udah aku rangkum jadi buku, masa aku lupa!” Protesku

“Inget pesen mama ke-5, nggak?”

“Jangan nyontek temen, kan? Aku nggak lakuin itu kok, Mah!” Aku lalu lanjutin makan.

“Hmm, emang anak muda kali, Ya.” Mamaku, lalu nunjukin sebuah kertas kecil bertuliskan “catatan contekan”

“Itu... Catatan ujian, Ma. Kan, katanya ilmu harus di catat.” Aku gugup, menghadapi Beliau

“Yan, yan... Cukup sekali, Ya?” Beliau lalu mengelur rambutku, tegas dan lembut. Tanpa intimidasi. Walaupun ini bukan blog lebay, aku tuliskan di sini, “seperti malaikat.”

Sedikit sekali perasaanku ingin kembali nyontek, aku tersenyum balas ke wajahnya. Masih terkenang sanjungan Mama dan manjaan mama, saat aku diceritakan akan sukses tanpa contekan!

“Maaf, Ya Ma. Cukup sekali” Tanda silang kelingking berarti janji telah terikat dari sejak itu hingga sekarang, hasilnya? Lihat sendiri ke kenyataan hidupku, semua terasa indah dan ilmu lebih bermanfaat!

Sejak saat itu, relatif dapet ranking

Relatif, nggak mudah lupa pelajaran

Lebih pinter ngitung waktu pelajaran fisika, bahkan pernah suatu ketika dapet surat rujukan dari guru ikut lomba! Alhamdulillah

+++

Pesan moral: Kalo nggak mau dapet ranking, pakailah kertas contekan

Kalo mau pinter fisika, harus pinter matematika

Kalo mau bohong jangan akting, bohonglah dengan jujur

Doa ibu, lebih manjur dari doa banyak ahli ibadah

*jangan membaca tahu petis tanpa bimbingan orang tua

** Buat temen osteon, semangat Ya! Aku yakin jiwa dan semangat kalian sekuat tulang keras. Jangan kecewakan Ari, yang waktu itu hampir pulang tapi gag jadi