Minggu, 15 Januari 2012

Simulasi OSCE plus plus

-Laskar Joko Tingkir-
Tebak yang mana Riyan si Gila??


Hari ini cukup membuat senyumku hilang, karena ngakak. Kenapa? Karena hari ini, aku ada simulasi OSCE (semacem ujian prakteknya calon dokter kayak aku, Nih). Di simulasi ini banyak kejadian konyol, gokil plus sedikit sok apatis yang bikin nggak berhentinya sarafku untuk merintah si Riyan ngakak-ngakak nggak karuan.

“Dek, kamu jadi probandusnya, Yah?” Minta seorang Mas kakak kelas (aku lupa namanya)

“What? Aku, Mas?” Aku nolak dengan wajah kaget. Karena aku agak gendut, jelas dong aku nggak mau. Apalagi ntar kalo jadi probandus harus buka baju segala, Kan malu tubuhku di pegang-pegang sama perempuan.

“Udah, lah! Harus mau.” Langsung si Mas maksa, dan aku dipersiapkan.

Oh, iya sampe lupa. Para pembaca belom tahu, Ya apa itu probandus? Probandus itu nama kerennya dari pasien. Kami para dokter maupun calon dokter menyebutnya demikian.

“Dek, kamu masuk ke station pemeriksaan fisik perut, Yah?” Kata mbak tutor, orang yang bakal jadi tim penilai selama OSCE.

Emang dasar si Riyan, karena yang minta cewek aku jadi luluh! Hehe, layaknya ksatria yang gagah berani plus ditambah penampilanku yang pagi itu pake baju ketat, aku jalan di depan si Mbak. “Lihat nih, Mbak. Nggak salah pilih deh milih aku jadi probandus, cukup atletis untuk jadi pasien!”

Lalu aku mendapat instruksi dari si Mbak, singkat tentang apa saja yang harus aku lakukan untuk jadi probandus. “Iya, mbak...” Aku manut

“Pokoknya, nanti kamu diem aja, Dek. Biarkan temenmu kerja, jangan dibantu, Ya. Kan ini latihan jadi dokter.” Katanya

Aku bersiap, skenarionya adalah aku jadi pasien yang berumur 50 tahun, mengeluh sakit di bagian perut kanan. Bel mulai, dan temenku masuk..

“Assalamualaikum, bapak.” Ini temenku udah mulai, jadi dokter sungguhan. Walaupun dari caranya bicara aku sudah bisa memastikan satu hal, “aku bakal ngakak!” Betapa enggak, ngeliat tingkahnya aja yang belaguk dan gugup gitu, plus bingung, lucu dah. Sorry fin..

“Waalaikumsalam.” Tegasku

“Saya dokter Elfin, dengan bapak siapa?” Dia sambil nurunin kepala, kayak orang jawanya sopan

“Bapak Riyan.”

“Oh, begini bapak, di sini saya akan melakukan pemeriksaan fisik perut bapak, apa bapak bersedia?”

“Iya, saya bersedia.”

Lalu Si Elfin dengan wajah super gugupnya nyuruh aku untuk tiduran di kasur pasien, “rileks, Ya pak.”

Kalo ngeliatin wajahnya yang kayak gitu aku ngakak-ngakak sendiri, semacem gado-gado antara kaku, malu, gerogi, takut, dan yakin. Hahahaha...

“Bapak, tolong di buka bajunya, Ya...” Kata Elfin meminta, eh Dokter Elfin maksudnya (Kan lagi main di skenario)

“Iya, Dok.”

“Pak, enggh.. enggh...” Keliatan dia demam panggung. Mungkin ingatannya hilang sejenak di station ini.

“Apa, yan ini? Aku bingung..” Bisiknya padaku, sambil ngerlipin mata. “Mau sekongkol, Ya?” Pikirku, sambil ngeliat dia.

Karena aku sebagai teman yang baik, aku langsung ngasih kode-kode rahasia.. “Fin, palpasi (raba) bagian hati..” Bisikku

“Oh, iya ennggh, saya akan melakukan palpasi pada hepar, bla bla bla... penjelasan ilmiah lainnya.” Tak perlu aku jelaskan di tulisan ini, karena PANJANG . Udah cukup tadi pagi aja aku berurusan sama bahasa alien yang menurutku kebanyakan huruf “s”. Contohnya; probandus, umbilikus, tonus, dan lain-lainus

“Sakit, tidak pak?” Tanya dokter Elfin, menekan hatiku.

Waktu itu aku pengen banget teriak, “Geli banget tau, Fin!” Emang sulit, Ya perjuangan jadi dokter, Harus ngerasain jadi probandus juga. Apalagi kalo dokternya wanita, aku paling nggak tahan kalo di pegang-pegang kayak gini. Risih

“Enggak, dok.”

“Kalo ini, Pak? Sakit?”

“Ssst, Fin. Kebanyakan panggil, Pak kamu. Emang aku bapakmu!” Hehe, di tengah OSCE masih sempet-sempetnya aku bisik dia kayak gitu, tapi entah dia tau apa enggak.

Aku lihat si Elfin udah mulai menguasai keadaan. Dari cara ngomongnya udah lancar. Karena udah pinter, dia nggak lagi kedip-kedip mata ke aku. “Wah, nggak ada lagi yang bikin ngakak!”

Dan ketika pemeriksaan berlanjut, “Dia melakukan palpasi abdomen (perut)..”

Sungguh di luar perkiraan, dia malah melakukan palpasi bagian dada atau biasa buat pemeriksaan paru-paru. “Sekarang, rileks ya Pak!”

Eh, si Mbak langsung ngasih kode aku buat diem sok apatis, dan si Elfin masih tersalah dalam kesalahan. “Aku Cuma bisa nahan ngakak, ngeliatin Elfin yang ngelantur plus mbak yang senyum-senyum.”

“Gimana, Fin?” Yakin gak?” Tanyaku untuk meyakinkan. Di akhir station

Senyumnya cukup meyakinkanku, tidak sadar dia melakukan kesalahan terbesar tadi.

Maaf, ya Fin...

Setelah terkekeh-kekeh gara-gara temenku Elfin ini, aku masih tetep jadi probandus untuk setengah angkatanku. Bahkan aku sempet dapet giliran di tensi sampe 30 kali!

“Mbak, sakit ini lenganku..” Protesku, minta ganti probandus.

“Sabar, Ya dek. Hidup emang sulit.” Dia Cuma jawab sambil senyum, mbijaknya

“Oh, iya mbak. Tapi nanti aku nilainya tambahin, Ya!”

Setelah bergelut dengan setengah angkatan untuk melayani jadi probandus, kami para probandus selain aku juga ada. Ada 20 anak. Kami diganti dengan probandus baru, dan akhirnya dapet juga giliran jadi DOKTER

Pertama-tama, kami di bagi kelompok-kelompok kecil. Memang dunia yang penuh kebetulan dan kebeneran, kayak tulisan aku yang dulu, aku dapet satu tim sama si Z, yang dulu aku tulis di “Resolusi Juaraku di 2012” Inget, Kan?

“Lho? Kamu belum, Ya?” Tanyaku..

Dari belakang, seorang temanku langsung nyautin, “Wah pas banget, Yan! Satu tim kalian, satu ruangan!” Aku Cuma bisa menahan rasa, dag-dig dan jedug. Rasanya, seperti dapet suntikan 1.000.000 gram vit. C, semangatku overdosis. Menguap juga dah ujung kepalaku kalo dunia ini kayak kartun

“Ingat, Ya dek. Ruangan yang akan kalian masuki, harus urut!” Kata mbak yang mengorganisir acara.

Aaku dan si Z ini bersiap, berdiri berdua. Sesekali aku mencuri pandang untuk sekedar melukis wajahnya di tak dan benakku. “Wah, cantiknya..” Ini versi upin-ipinnya, hehe

Tak ingin aku mencemari kisahku dengan hal konyol dengannya, cukup untuk menatap senyum kecil sudah cukup. Hah, hidup ini memang indah, Bukan?

Tak cukup di situ saja, aku tersenyum untuknya. Sungguh karunia terindah dari Allah

8 komentar:

Hanna Ester mengatakan...

Hallo calon pak dokter!!
Crita'y lucu..
Haayyuukk sling follow, ntar psti gw folbek..
Thanks

Yuraaa mengatakan...

klo emg penggeli, ganti ama patung aja..hehhe
lam kenal yaa..

Riyan Arrizal mengatakan...

@Hana Ester... Hai jugaaaa Hanaa
salam kenal, Ya.. :D

Iya, aku follow deh

@Xplorer: Hehehe, kalo pake patung nanti nggak mirip aslinya.
slm kenal juga yak

Riyan Arrizal mengatakan...

hana alamat blog kamu apa??

bianglalabasmah mengatakan...

MasyaAllah calon dokter.. semoga selalu dimudahkan..
sy follow ya.. :)

Riyan Arrizal mengatakan...

@bianglala: Amiiiin... makasih ya bianglala

:)

aninuskiyati mengatakan...

gag genah.. hhhhaaa

Riyan Arrizal mengatakan...

@aninuskiyati; hahaha...