Selasa, 10 Januari 2012

Seri Fakultair; Pemilihan Komting


"Ting komtiing!" Sapa Duta, seorang temanku di FK. Orangnya putih agak gendut & idola gadis!

"Kenapa? Namaku bukan komting!"

"Tapi kamu tetep komting ku..."

Emang namaku di lingkungan FK enggak terkenal dengan sapaan 'Riyan', tapi lebih familier dengan nama 'komting' atau bahkan banyak yang manggil aku "gagal komting". Padahal Komting angkatan 2011, bukan aku, tapi Bang Arie Arfinanto, cowok bijak kelahiran Riau. Nah, sempet gara-gara aku sering dipanggilin pake nama komting, kakak angkatan ngira aku komtingnya!!!

Emang sulit, Ya kalo jadi cowok ganteng? Apa-apa dicari, bahkan diteriakin kayak maling, sampe kalo aku ngapa-ngaain pasti pada histeris, "gagal komtiiing!!!"

Nama yang udah dibuat sama orang tuaku bagus-bagus ini, dengan ikhtiar & pencarian nama yang sangat indah "Muhammad Riyan Arrizal", keren gak tuh? Bisa diganti dengan nama yang aku sendiri bingung ini temen-temen pada muji apa ngeledek, "gagal komting!" Nama ini berasal dari suatu filosofi kejadian, yang akan kami kenang sampai kami koas, lulus jadi dokter, bahkan sampai kami mati!

Kejadian ini terjadi ketika kami mengalami fase fakultair di FK UNISSULA. Fakultair itu semacem ospeknya dari fakultas. Walaupun bisa dikatain ospek, tapi kata kakak angkatan, "ospek enggak ada perpeloncoan!" Katanya

Nah, kembali ke jalur komting. Kami pertama-tama disuruh ngedengerin pidato singkat presiden kami waktu itu, Mas Irkham.

"Seminggu lalu kalian sudah mendapatkan pekan taaruf dari kampus, sekarang mulai hari ini sampai tiga hari ke depan, kalian akan menjalani fakultair. Kegiatan ini berguna bla bla bla.... Intinya, jangan samakan fakultair dengan pekan taaruf! Semua harus disiplin!"

Kalo denger pidato Mas Irkham ini aku jadi inget wejangan Mbak Diva, kakak angkatanku dari SMA yang masuk FK, "Pokoknya ikutin aja peraturannya, jangan dilanggar, enggak berat kalau dipatuhi!"

What? Dipatuhin? Dari dulu SMA sampe sekarang kata-kata patuh aturan aja enggak pernah aku ngomonginnya, sekarang harus tunduk? So what gitu.. Motto hidupku, Kan "Yang penting Hepi-hepi!"

Nah setelah denger pidatonya Mas Irkham, pembawa acaranya langsung ngarahin kami tentang seluk beluk fakultair, dan akhirnya...

"Kalian harus memilih Komting angkatan kalian. Komting angkatan bertanggung jawab pada semua anak selama 5 tahun sampai kalian semua lulus jadi dokter. Jadi pilih komting yang berkompeten dan tanggung jawab."

"Silahkan yang ingin menjadi komting maju ke depan, 5 orang!" Katanya.

Pertama-tama, langsung ada seorang yang dengan pede nya ngacungun jari telunjuk. Berdiri dan jalan ke depan. Dia Yoga, anak Tegal yang nggak bisa ngomong pake logat tegal.

Dalam hati, aku jadi inget sama wajah-wajah guruku, eh dalam pikiran maksudku. Wajahnya seakan akan menggurui pikiranku, seakan mendorong setiap jengkal kortisol hormon dalam diriku.

"Gimana kalo aku maju, Ya?" Pikirku.

Lalu orang kedua pun maju mendaftar jadi calon komting, dia adalah Alfo. Aliumni SMA 3 yang menurutku pikirannya kritis kayak UGD deh, hehe. Maksudku pinter ini anak, Kan aku udah kenal dia sejak awal.

"Ayo siapa lagi yang ingin maju! Jadi komting untuk angkatan kalian."

Setelah itu ada suara keributan dari belakang. "Ini mbak, calon komting." Dengan sedikit dorongan, Arie Arfinanto, atau kami biasa panggil Ari, maju.

"Kamu enggak terpaksa, Kan dek?" Tanya MC.

"Enggak, Mbak." Tegasnya

Lalu dengan seiring waktu Si Uki, calon keempat maju dengan gagahnya, mungkin mirip guru SMA ku yang sering jaga pintu waktu telat, hehe.

"Ayo siapa lagi? Satu lagi calon komting. Bagi yang merasa dia adalah manusia terbaik silahkan maju kedepan!"

Kata mamaku, aku adalah anak terbaiknya. Tapi kalo dibelakangku pasti ngomong kayak gitu ke adik & kakakku. Tapi ini kan gak ada mamaku, so aku anak siapa dong? Ya udah lah, mungkin aku emang ditakdirin jadi komting.

"Saya!" Aku angkat tangan kanan, lalu maju ke depan.

Aku sendiri enggak percaya sama pernyataan ini, kalau kata temen-temenku "aku maju komting kayak orang abis nagih utang!" Dengan santai tanpa dosa dan dengan kokard besar bertuliskan,

motto hidup; YANG PENTING HEPI-HEPI

Kami berlima berjejer, saling memandang. Sebelumnya yang aku kenal Uki, Alfo & Yoga. Nah si Ari? Siapa dia?

"Dek, siapkan visi misi kalian dalam pidato singkat, pengaruhi mereka untuk yakin pada kepemimpinann kalian!"

Dan kesempatan untuk pidato pertama kali jatuh pada Yoga. Aku sendiri enggak terlalu ndengerin wakti dia ngomong, karena aku dalam hati lagi kebingungan setengah hidup aku harus ngomong apaan? Dari dulu SMA aku kalo ngomong visi misi mesti di ledekin temenku, ada yang bilang visi konyol, gak penting, aneh, dll.

Lalu tiba giliran Alfo. Ngelus dada waktu itu aku, "Untung bukan aku, semoga terakhir!"

Si Alfo cuma satu kalimat yang aku denger, "Saya ingin aktif terlibat, dulu ketika SMA hanya melihat, dan saya rasa kurang baik." Keren nih Alfo, dari golongan anak muda yang mau berontak kayak aku, hehe

Lalu Uki, waktu itu dia ngomong secara tegas, "pengalaman organisasi, ikut kongres UNESCO."

Setelah denger kalimat Uki tadi, aku jadi punya ide. Mungkin sedikit gila. Apalagi mbak MC nakut-nakutin, "Jadi komting itu susah lho dek, kalian harus rela!" sambil dia senyum. Ada udang di balik senyummu!"

Setelah Uki berbasa-basi dengan pidatonya, sempet aku tanya ke Alfo namanya yang baru aja pidato tadi, karena aku lupa! Hehe. "Eh, namanya siapa sebelahmu?"

"Uki. Kenapa?"

"Ntar kamu tahu ndiri." Kataku sambil senyum-senyum kayak piccolo

Lalu tibalah giliranku ngomong pidato. Aku ambil mic, lalu diam menatap seluruh calon yang akan ku urus nanti. "Ternyata banyak juga, Ya?" Dalam hati.

Kata mamaku, aku belom bisa ngatur diriku sendiri, aku orangnya ceroboh, bayangin coba orang segini banyak aku atur?

"Assalamualaikum." Kataku

"Saya dari dulu SMA sampe sekarang enggak mudeng apa itu visi misi, yang pasti tujuan saya berdiri di sini cuma memastikan kita lulus bareng semua!"

"Dahulu kala, ketika saya SMA. Saya pernah ikut OSIS, Tapi saya di sini mau jujur, kalau saya tidak suka OSIS, apalagi BEM! Bahkan waktu SMA saya bikin organisasi lawannya OSIS, bahkan Guru-guru lebih respon ke kami." (sebenernya aku mau nambahin, karena organisasi kami dilarang! wkwkwk, sampai saat tulisan ini ditulis, belum ada temenku yang tahu!)

Ehhh, malah semua pada teriak sorak gembira, padahal waktu itu aku mau tampil sok sombong & tampil dengan gaya yang enggak sama sekali mencerminkan komting alias pemimpin! Wah jangan-jangan nanti pada milih aku! Apalagi anak-anak BEM kakak angkatanku juga ikut ngakak coba. Heran aku.

"Tunggu dulu... Saya belum kelar ngomong!"

"Ketika saya duduk, berdiri dan jalan ke tempat ini, saya yakin kalau saya bakal jadi komting, karena saya ngerasa saya manusia terbaik... Tapi semua itu pupus, ketika saya lihat teman saya, Uki! Menurut saya dia lebih berkompeten!"

"Jadi pilih Uki, pilih nomor tiga!" Kataku sambil megang pundaknya orang yang baru aja tadi aku tanyain namanya.

Eh malah temen-temen nambah ngakaknya, kalo diukur pake parameter hepatitis udah stadium 4 ini! Tinggal matin aja. Waktu itu aku malah ketakutan setengah mati, aku kira mereka semua bakal milih aku.

"Ingat, Ya pilih nomor 3 aja, jangan saya!" Salam ku pada akhir pidato.

Lalu abis semua pada tenang, sambil nahan tawa si MC mempersilahkan calon komting asli, Ari.

Waktu itu, Ari pidato dengan matang, mantap tanpa keraguan. Bahkan dia ngeluarin kapal yang menerjang badai plus para awak kapalnya coba! Coba waktu itu aku ngeluarin pesawat atau jet terbang ke bulan, pasti si Ari gak jadi koomting sekarang, hehe.

Setelah itu, kami para calon komting disuruh untuk tutup mata & hadep belakang. Para pemilih akan memilih kami dengan mata yang tertutup, ini biar adil.

“Yang milih Riyan acung tangan! Maaf, maksud saya yang nomor satu tadi.” Wah, dalam hati aku doa moga-moga aja di FK ini yang otaknya agak melenceng Cuma aku doang, jadi yang milih aku enggak ada!

Lalu mbaknya nglakuin yang sama ke calon komting lain. Dan setelah selesai, kami disuruh berbalik badan & buka mata.

“Dek, siapapun yang terpilih komting nanti kalian harus legowo, jangan nyesel, Ya! Kalian tetep keluarga.”

“Mbak, mbak, kalo aku enggak kepilih pasti udah legowo, tapi kalo kepilih? Bisa-bisa Dutha pulang bugil nanti.” Eh belum aku ceritain, Ya? Kalo si Duta bikin taruhan jika aku kepilih komting dia mau pulang bugil. Hehe.

Satu-persatu kertas kecil gulungan dibagi ke calon komting.

“Di buka bareng, Ya dek! Satu, dua , tiga!”

Ketika aku buka, jantungku deg-deg an kenceng kayak abis main bola.

“3”

“Alhamdulillah... Akhirnya aku enggak kepilih, tapi walaupun gak kepilih namaku masih bersihlah, aku dapet urutan ke-tiga!” Bisikku senang dalam hati.

Dengan wajah bangga kayak Hitler habis numpas musuhnya, atau kayak panglima china aku busungin dikit dada & senyum sok bijak.

“Dek, kamu berapa?” Si mbak nanya ke aku,

“Tiga!” Lantang dan tegas jawabanku.

Lalu si Mbak nanya ke Uki,

“76.” (Aku lupa berapa, intinya kisaran segitu)

“Hah? Kok peringkatnya tinggi banget si Uki? Kan Cuma ada lima?” Aku jadi bingung. Sambil bingung Si Ari ternyata “157.”

“Lho? Berarti.” Langsung aku nunduk, malu!

Ternyata arti angka tiga ini bukan peringkat, melainkan jumlah orang yang milih aku. Shocked! Masa dari 250 anak yang milih Cuma tiga? Dosa apa aku ini? Tapi untunglah, berarti anak angkatanku masih waras.

Dan akhirnya secara langsung, Ari didaulat sebagai komting kami, unggul jumlah suara mutlak.

“Selamat, Ya Ri.”


-continue-