“Ngga, bangun!” Bisikku padanya.
Pagi ini, hari kedua kami akan menjalani fakultair. Walaupun tidur Cuma 3 jam, kami tetep semangat juga untuk menghadapinya! Meskipun pada akhirnya kenyataan menyatakan lain, hampir saja aku ketiduran waktu sholat, mungkin ini salah satu sujud terkhusyuk, hehe
“Aku nggak nyangka, Yan.” Angga natap ke wajahku yang baru selesai Sholat Shubuh, matanya masih terlihat bekas mimi-mimpi yang belum sempurna malam ini
“Nggak nyangka apa?” Aku nggak mau kalah ngantuknya, kalo mata dia sipit, aku buat mataku tutup seluruhnya
“Dari semua temenku SMA, sampai sekarang sholatmu paling lama!” Dia senyum percaya, tapi agak dipaksa
Dalam hati aku aku mikir, “Ini orang nggak tau apa, Ya? Hampir aja ketiduran waktu sujud tadi! Untung Bu Jack datang ngetok-ngetok pintu, jadi bangun, deh.”
Setelah kami bersiap-siap pagi itu, pukul setengah tujuh kami bersiap berangkat.
“Dek, ini makan dulu. Walaupun tidur hanya tiga jam, jangan lupa makan. Ini Ibu belikan makanan plus teh anget.” Kata Bu Jack. Tiga bungkus nasi & teh anget manis, padahal kami sudah merepotkan malamnya. Memang berhati malaikat
“Terimakasih, Bu!”
Usai makan, mendekati jam tujuh pagi. Waktu itu Jack keluar kamar mandi tepat, dan ngomong ke aku, “Cepet mandi sana!”
“Nggak, ah Jack! Ntar kita telat.”
“Yang bener kamu? Ini mumpung masih kosong, Yan! Nggak apa-apa kita telat, lha gimana lagi, walaupun nggak tidur yang penting mandi.”
“Jack, udah biasa kalo aku nggak mandi. Nggak mandi biarlah, yang penting...” Aku langsung ambil parfumku, cassablanca item. “Wangi!”
“Lha kamu nggak ganti daleman?”
“Wah, kalo itu... Biar wangi juga ini aku semprot, puas!” Aku semprotin parfumnya ke arah....
Lalu kami berangkat ke kampus, dengan perasaan yang tertekan. Apalagi tugas yang akan kami hadapi? Pasti akan ada acara marah-marah-an!
Dan emang bener aja! Fakultair hari kedua bahkan lebih buruk dari yang pertama. Sampe-sampe Komdis teriak gini, “Kalian yakin kalau kalian itu keluarga? Mana buktinya? Maju sini!”
Dalam hati aku mikir, “Kenapa ini Komdis, sakit hipertensi kali, Ya?” Si Ari komting diem aja. Dia seperti pasrah, walaupun aku tahu itu adalah simbol kedewasaan dia, nggak seperti aku yang tanpa pikir panjang dengan lanytang dan penuh emosi,
“Kami keluarga!” Aku nggak mau kalah sama teriaknya Komdis, Dia adalah Mas Nunu. Komdis favoritku, gayanya seperti kutu buku kelas berat. Berkacamata agak diturunin
“Siapa kamu? Maju sini!” Matanya tetep aja sinis, malah semakin sini ngeliatin ke arah aku.
Dengan sisa kesombongan di hari pertama waktu nyalon komting aku maju, kali ini aku jalan niru gayanya Ari Komting. Tegas & tegap. Mungkin aja habis ini akau jadi komting, hehe.
“Dek, kenapa kamu yakin kalian ini keluarga?” Bisik Mas Nunu, sambil menatap sok sinis tepat ke mataku, persis banget 5 centimeter di depan mataku!
Kalau dunia boleh main hakim sendiri, udah aku tinju wajahnya sampe bengkak-bengkak, hehe (Maaf, Ya Mas Nunu, kamu adalah idolaku). Lha gimana lagi? Aku nggak salah apa-apa di tatap sinis gitu coba
Aku , Kan Riyan. Penuh ide. Pertama, aku tarik nafas pelan. Aku sempet ngelirik ke arah Ari yang diam,karena aku yang otaknya melenceng ini punya pikiran, “bangkitin semangatnya Komtingku! Lawan dong!”
“Mas, kami ini keluarga! Kami ini satu. Kami dateng ke sini bersma, dan keluar pun bersama!” Teriakku sangat lantang, sangat tegas, hehe. Sebenernya waktu itu aku berbisik nambahin pernyataanku, “Mau ada Komdis kayak Mas seribu, pun kami tetep keluarga, Mas! Bonyok-bonyok juga, Mas, tapi kami tetep satu.”
“Oh, gitu.” Kata Mas Nunu berjalan berputar-putar, aktingnya menjadi-jadi.
Aku nggak mau kalah akting, “Mungkin itu jawaban kami semua!” Aku jawab sambil keluarin jurus aktingku, untung aja dulu aku ikut kelas akting.
Aku diam, di dekati semua Komdis. Sendiri di depan. Kalo boleh jujur, Ya, aku waktu itu mulai merinding. Bayangin coba, dari semua sudut Komdis menatap tajam ke satu arah, si gila Riyan.
“Apa ini? Moto, Kok yang penting hepi-hepi!” Kata Mas Nunu. Lalu dia ketawa-ketawa sendirian nggak jelas, sambil sedikit dibuat-buat. Kalo aku boleh ngomong, dia ketawa kayak orang nggak jelas.
Habis denger ketawa anehnya dia, mungkin dia nggak lolos kelas akting! Aku langsung pura-pura menguap. Aku puas-puasin tertawa dalam dua lembar telapak tangan. Nggak kuat denger gaya ketawanya.
“Kamu, kembali sana!” Salam perpisahan darinya, yang juga menyelamatkan aku dari ganasnya Komdis lain yang waktu itu lagi jalan ndeketin aku.
“Alhamdulillah.”
Hari ini pun, kami masih menerima suara-suara marah yang lantang dan tugas yang tentunya lebih berat. “Tugas, hari ini dek bla bla bla bla, bla bla bla bla, bla bla...” Dan yang ku ingat hanya bla bla bla, perrcaya tidak waktu itu Komdis ngomong, “Di catet!”
Karena aku emang agak nggak jelas orangnya plus emang lagi males, yang aku tulis adalah “Pulang, pulang, pulang!”
Untung aja, waktu itu catetan kami nggak di cek satu-satu. Gimana kalo seandainya di cek? Bisa-bisa aku... Udahlah, yang namanya cowok harus dihadapi apapun itu
Hari kedua, Pun selesai.
“Ma, aku nggak bisa pulang dulu, aku ada tugas banyak.. Aku tidur di tempat Jack, bareng sama Angga.” Sempet itu kata yang terucap mengenang suara Mama, yang dua hari nggak ketemu. Aku emang anak Mama
“Ingat pesen, Mama Ya. Makan teratur, jangan lupa tidur, jangan lupa mandi!”
Aku mengiyakan pesan Mama, aku sadar pesan dan kata-kata orang tua adalah suatu mantra tersendiri yang manjur.
Aku kembali ke kos Jack, kali ini Bu Jack udah pulang ke Boyolali.
“Jack, sampein maaf ke Ibumu, Ya.” Pintaku
“Enggak apa-apa, Yan. Iya.”
Hari yang sangat monoton untuk kedua kalinya, tugas berat yang menanti kami. Tak perlu lah aku berpanjang lebar dengan tugasnya, aku sendiri sudah muak mengingatnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Sebelum tidur Jack ngomong ke aku, “Kamu nggak mandi?”
“Nggak, ah. Aku udah nggak kuat, bahkan kalo kamu ngasih film bokep aku juga udah gak kuat!”
“Wah kamu ini, istighfar!”
“Aku canda doang, kamu banyak omong, sih!” Emang dunia bokep bukan duniaku, walaupun temen SMA ku banyak yang suka. No way!
Mungkin, Jack emang bener. Aku emang jorok banget. Idiot, tepatnya kalo bahasa film. Dan kami lalu bermimpi ria untuk menuju hari ketiga fakultair, pagi hari terakhir...
“Kamu nggak mandi lagi, Ya? Nggak ganti daleman?” Kata Jack
“Udah, nih parfum masih kuat, Kok!” Kataku ketawa, malu juga sebenernya aku sama si Jack. Bayangin coba? Nggak mandi, nggak ganti hanya modal parfum selama tiga hari penuh! Lha gimana lagi? Mau pinjem punya Jack, ntar malah kekecilan. Kan, beda ukuran! Jangan mikir jorok.
Dari tatapan mukanya, Si Jack sedikit menahan sesuatu mungkin agak gimana gitu. Tapi akhirnya, dia malah ngakak-ngakak bareng Angga, “Emang temenmu ini, Kan gila!” Kata Si Angga
“Ayo, lah berangkat ke kampus.. Nggak ganti daleman juga nggak apa-apa lah, yang penting, Kan HEPI-HEPI!” Aku ngakak
*Pesan moral : Batas pakai daleman yang sama adalah dalam tempo 3 hari
Ari adalah Komting
Yang penting HEPI-HEPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar