Selasa, 31 Januari 2012
Semangat Menulis Anak Muda
Kamis, 26 Januari 2012
Tahu petis; nilai kehidupan part 2
Selasa, 24 Januari 2012
tahu petis; pelajaran kehidupan
Senin, 23 Januari 2012
Tahu Petis; cara biar nggak sakit hati
Di dunia ini ada tiga tipe manusia, baik, setengah baik dan belum baik. Kalau tipe pertama dan kedua, sudah pasti kita sering lihat di kehidupan sehari-hari,yang berbeda hanya intensitasnya, Untuk tipe ketiga, mungkin aku salah, but ini hanya sekilas pendapatku mengenai salah satu memori perjalanan hidup.
Minggu, 22 Januari 2012
Satu langkah menuju; MAPADOKS
Sabtu, 21 Januari 2012
Tahu petis; cara memalak
Selasa, 17 Januari 2012
tahu petis: cara bolos sekola
Tahu petis: Cara bolos sekolah
Kedua, adalah lewat depan kantor guru. Ini cara terbodoh dan terceroboh, namun dengan tegasnya aku menegaskan, “Kita lewat depan saja, mau ada kantor guru atau apa aja, kita harus berani. Pasti bisa. ”
pernah lihat lomba jalan cepat? Nah ini mirip.
Bahkan ada satu temenku yang ambil tangan si guru buat pamit, cium kepala. GILAAA, setidaknya sopan
Starter motor, kabur dah..hehe
ada satu pernyataan menarik, “Riyan itu tidak seperti itu, dia orangnya tidak mungkin berbuat itu. Kalian saja yang keterlaluan. Riyan itu anaknya pintar, kalian jangan pengaruhi dia” Bela guruku, saat memarahi sebagian temenku. Dan aku? Hanya diam tak bersuara plus ngakak dalam hati, “Enggak tahu apa siapa Riyan”
Siapa Tahupetis?
phone 085712974527
Senin, 16 Januari 2012
Tahu petis: Penjual bakteri!
Menulis apa hari ini? Sebenarnya masih banyak uneg-uneg yang mau saya tulis & share untuk buku/blog catatantahupetis, tapi karena udah malem plus ngantuk berat? Yaudahlah. Besok aja kali, Ya
Minggu, 15 Januari 2012
Simulasi OSCE plus plus
Hari ini cukup membuat senyumku hilang, karena ngakak. Kenapa? Karena hari ini, aku ada simulasi OSCE (semacem ujian prakteknya calon dokter kayak aku, Nih). Di simulasi ini banyak kejadian konyol, gokil plus sedikit sok apatis yang bikin nggak berhentinya sarafku untuk merintah si Riyan ngakak-ngakak nggak karuan.
“Dek, kamu jadi probandusnya, Yah?” Minta seorang Mas kakak kelas (aku lupa namanya)
“What? Aku, Mas?” Aku nolak dengan wajah kaget. Karena aku agak gendut, jelas dong aku nggak mau. Apalagi ntar kalo jadi probandus harus buka baju segala, Kan malu tubuhku di pegang-pegang sama perempuan.
“Udah, lah! Harus mau.” Langsung si Mas maksa, dan aku dipersiapkan.
Oh, iya sampe lupa. Para pembaca belom tahu, Ya apa itu probandus? Probandus itu nama kerennya dari pasien. Kami para dokter maupun calon dokter menyebutnya demikian.
“Dek, kamu masuk ke station pemeriksaan fisik perut, Yah?” Kata mbak tutor, orang yang bakal jadi tim penilai selama OSCE.
Emang dasar si Riyan, karena yang minta cewek aku jadi luluh! Hehe, layaknya ksatria yang gagah berani plus ditambah penampilanku yang pagi itu pake baju ketat, aku jalan di depan si Mbak. “Lihat nih, Mbak. Nggak salah pilih deh milih aku jadi probandus, cukup atletis untuk jadi pasien!”
Lalu aku mendapat instruksi dari si Mbak, singkat tentang apa saja yang harus aku lakukan untuk jadi probandus. “Iya, mbak...” Aku manut
“Pokoknya, nanti kamu diem aja, Dek. Biarkan temenmu kerja, jangan dibantu, Ya. Kan ini latihan jadi dokter.” Katanya
Aku bersiap, skenarionya adalah aku jadi pasien yang berumur 50 tahun, mengeluh sakit di bagian perut kanan. Bel mulai, dan temenku masuk..
“Assalamualaikum, bapak.” Ini temenku udah mulai, jadi dokter sungguhan. Walaupun dari caranya bicara aku sudah bisa memastikan satu hal, “aku bakal ngakak!” Betapa enggak, ngeliat tingkahnya aja yang belaguk dan gugup gitu, plus bingung, lucu dah. Sorry fin..
“Waalaikumsalam.” Tegasku
“Saya dokter Elfin, dengan bapak siapa?” Dia sambil nurunin kepala, kayak orang jawanya sopan
“Bapak Riyan.”
“Oh, begini bapak, di sini saya akan melakukan pemeriksaan fisik perut bapak, apa bapak bersedia?”
“Iya, saya bersedia.”
Lalu Si Elfin dengan wajah super gugupnya nyuruh aku untuk tiduran di kasur pasien, “rileks, Ya pak.”
Kalo ngeliatin wajahnya yang kayak gitu aku ngakak-ngakak sendiri, semacem gado-gado antara kaku, malu, gerogi, takut, dan yakin. Hahahaha...
“Bapak, tolong di buka bajunya, Ya...” Kata Elfin meminta, eh Dokter Elfin maksudnya (Kan lagi main di skenario)
“Iya, Dok.”
“Pak, enggh.. enggh...” Keliatan dia demam panggung. Mungkin ingatannya hilang sejenak di station ini.
“Apa, yan ini? Aku bingung..” Bisiknya padaku, sambil ngerlipin mata. “Mau sekongkol, Ya?” Pikirku, sambil ngeliat dia.
Karena aku sebagai teman yang baik, aku langsung ngasih kode-kode rahasia.. “Fin, palpasi (raba) bagian hati..” Bisikku
“Oh, iya ennggh, saya akan melakukan palpasi pada hepar, bla bla bla... penjelasan ilmiah lainnya.” Tak perlu aku jelaskan di tulisan ini, karena PANJANG . Udah cukup tadi pagi aja aku berurusan sama bahasa alien yang menurutku kebanyakan huruf “s”. Contohnya; probandus, umbilikus, tonus, dan lain-lainus
“Sakit, tidak pak?” Tanya dokter Elfin, menekan hatiku.
Waktu itu aku pengen banget teriak, “Geli banget tau, Fin!” Emang sulit, Ya perjuangan jadi dokter, Harus ngerasain jadi probandus juga. Apalagi kalo dokternya wanita, aku paling nggak tahan kalo di pegang-pegang kayak gini. Risih
“Enggak, dok.”
“Kalo ini, Pak? Sakit?”
“Ssst, Fin. Kebanyakan panggil, Pak kamu. Emang aku bapakmu!” Hehe, di tengah OSCE masih sempet-sempetnya aku bisik dia kayak gitu, tapi entah dia tau apa enggak.
Aku lihat si Elfin udah mulai menguasai keadaan. Dari cara ngomongnya udah lancar. Karena udah pinter, dia nggak lagi kedip-kedip mata ke aku. “Wah, nggak ada lagi yang bikin ngakak!”
Dan ketika pemeriksaan berlanjut, “Dia melakukan palpasi abdomen (perut)..”
Sungguh di luar perkiraan, dia malah melakukan palpasi bagian dada atau biasa buat pemeriksaan paru-paru. “Sekarang, rileks ya Pak!”
Eh, si Mbak langsung ngasih kode aku buat diem sok apatis, dan si Elfin masih tersalah dalam kesalahan. “Aku Cuma bisa nahan ngakak, ngeliatin Elfin yang ngelantur plus mbak yang senyum-senyum.”
“Gimana, Fin?” Yakin gak?” Tanyaku untuk meyakinkan. Di akhir station
Senyumnya cukup meyakinkanku, tidak sadar dia melakukan kesalahan terbesar tadi.
Maaf, ya Fin...
Setelah terkekeh-kekeh gara-gara temenku Elfin ini, aku masih tetep jadi probandus untuk setengah angkatanku. Bahkan aku sempet dapet giliran di tensi sampe 30 kali!
“Mbak, sakit ini lenganku..” Protesku, minta ganti probandus.
“Sabar, Ya dek. Hidup emang sulit.” Dia Cuma jawab sambil senyum, mbijaknya
“Oh, iya mbak. Tapi nanti aku nilainya tambahin, Ya!”
Setelah bergelut dengan setengah angkatan untuk melayani jadi probandus, kami para probandus selain aku juga ada. Ada 20 anak. Kami diganti dengan probandus baru, dan akhirnya dapet juga giliran jadi DOKTER
Pertama-tama, kami di bagi kelompok-kelompok kecil. Memang dunia yang penuh kebetulan dan kebeneran, kayak tulisan aku yang dulu, aku dapet satu tim sama si Z, yang dulu aku tulis di “Resolusi Juaraku di 2012” Inget, Kan?
“Lho? Kamu belum, Ya?” Tanyaku..
Dari belakang, seorang temanku langsung nyautin, “Wah pas banget, Yan! Satu tim kalian, satu ruangan!” Aku Cuma bisa menahan rasa, dag-dig dan jedug. Rasanya, seperti dapet suntikan 1.000.000 gram vit. C, semangatku overdosis. Menguap juga dah ujung kepalaku kalo dunia ini kayak kartun
“Ingat, Ya dek. Ruangan yang akan kalian masuki, harus urut!” Kata mbak yang mengorganisir acara.
Aaku dan si Z ini bersiap, berdiri berdua. Sesekali aku mencuri pandang untuk sekedar melukis wajahnya di tak dan benakku. “Wah, cantiknya..” Ini versi upin-ipinnya, hehe
Tak ingin aku mencemari kisahku dengan hal konyol dengannya, cukup untuk menatap senyum kecil sudah cukup. Hah, hidup ini memang indah, Bukan?
Tak cukup di situ saja, aku tersenyum untuknya. Sungguh karunia terindah dari Allah
Catatan tahu petis, perubahan bodoh dari penulis
Sebelum aku menulis berbagai pengalaman, ada perubahan yang sudah aku lakukan di blog ini, yaitu menbgubah nama blog. Memang ini bukan keputusan yang mudah, mengingat nama blog sudah cukup familier & aku emang suka sama nama yang dulu, pengusahamuda99.bogspot.com
Di akhir pertempuran hati untuk mempertahankan atau mengganti, ternyata kekuatan hati untuk mengganti namanya lebih besar. Memang ini sedikit ceroboh, namun perubahan memang perlu.
Ada dua alasan utama aku ganti nama blog ini, pertama karena nama pengusahamuda99 berkonotasi dengan blog bisnis, jadi nanti dikira aku mau bisnis atau banyak iklan gak jelas. Kan, blog ini aku buat sebagai catatan pena, yang akan aku baca kalo nanti aku dewasa, agar aku ingat masa mudaku yang penuh gairah untuk juara.
Kedua, karena nama baru, catatantahupetis namanya aneh. Sekilas berkesan ini memang sebuah catatan, tapi jika dilihat-lihat jadi aneh gimana gitu. Yah, mungkin karena ada tahu petisnya kali, Ya. Makanan kesukaanku.
Sekali lagi saya tegaskan di sini, blog ini bukan untuk mencari popularitas. Walaupun blog sebelumnya sudah cukup terkenal, namun karena setengah otak saya masih melenceng. Apa boleh buat?
Sabtu, 14 Januari 2012
Catatan Pena untuk Bunda
Ada seorang wanita yang paling aku cintai dan hormati, bahkan akan aku kenang sepanjang masa, dialah Iftita Haidati, tak lain Ibundaku. Sebuah nama yang tergores dari keringatnya saat nafas pertamaku hadir, menggolongkannya sebagai salah satu malaikat yang aku kenal, dari Allah. Tak terlalu tinggi aku memujinya, wanita yang menjadi pahlawan, kawan, teman, bersanding & tak berlebihan.
Seri fakultair: bertahan dengan CD
“Ngga, bangun!” Bisikku padanya.
Pagi ini, hari kedua kami akan menjalani fakultair. Walaupun tidur Cuma 3 jam, kami tetep semangat juga untuk menghadapinya! Meskipun pada akhirnya kenyataan menyatakan lain, hampir saja aku ketiduran waktu sholat, mungkin ini salah satu sujud terkhusyuk, hehe
“Aku nggak nyangka, Yan.” Angga natap ke wajahku yang baru selesai Sholat Shubuh, matanya masih terlihat bekas mimi-mimpi yang belum sempurna malam ini
“Nggak nyangka apa?” Aku nggak mau kalah ngantuknya, kalo mata dia sipit, aku buat mataku tutup seluruhnya
“Dari semua temenku SMA, sampai sekarang sholatmu paling lama!” Dia senyum percaya, tapi agak dipaksa
Dalam hati aku aku mikir, “Ini orang nggak tau apa, Ya? Hampir aja ketiduran waktu sujud tadi! Untung Bu Jack datang ngetok-ngetok pintu, jadi bangun, deh.”
Setelah kami bersiap-siap pagi itu, pukul setengah tujuh kami bersiap berangkat.
“Dek, ini makan dulu. Walaupun tidur hanya tiga jam, jangan lupa makan. Ini Ibu belikan makanan plus teh anget.” Kata Bu Jack. Tiga bungkus nasi & teh anget manis, padahal kami sudah merepotkan malamnya. Memang berhati malaikat
“Terimakasih, Bu!”
Usai makan, mendekati jam tujuh pagi. Waktu itu Jack keluar kamar mandi tepat, dan ngomong ke aku, “Cepet mandi sana!”
“Nggak, ah Jack! Ntar kita telat.”
“Yang bener kamu? Ini mumpung masih kosong, Yan! Nggak apa-apa kita telat, lha gimana lagi, walaupun nggak tidur yang penting mandi.”
“Jack, udah biasa kalo aku nggak mandi. Nggak mandi biarlah, yang penting...” Aku langsung ambil parfumku, cassablanca item. “Wangi!”
“Lha kamu nggak ganti daleman?”
“Wah, kalo itu... Biar wangi juga ini aku semprot, puas!” Aku semprotin parfumnya ke arah....
Lalu kami berangkat ke kampus, dengan perasaan yang tertekan. Apalagi tugas yang akan kami hadapi? Pasti akan ada acara marah-marah-an!
Dan emang bener aja! Fakultair hari kedua bahkan lebih buruk dari yang pertama. Sampe-sampe Komdis teriak gini, “Kalian yakin kalau kalian itu keluarga? Mana buktinya? Maju sini!”
Dalam hati aku mikir, “Kenapa ini Komdis, sakit hipertensi kali, Ya?” Si Ari komting diem aja. Dia seperti pasrah, walaupun aku tahu itu adalah simbol kedewasaan dia, nggak seperti aku yang tanpa pikir panjang dengan lanytang dan penuh emosi,
“Kami keluarga!” Aku nggak mau kalah sama teriaknya Komdis, Dia adalah Mas Nunu. Komdis favoritku, gayanya seperti kutu buku kelas berat. Berkacamata agak diturunin
“Siapa kamu? Maju sini!” Matanya tetep aja sinis, malah semakin sini ngeliatin ke arah aku.
Dengan sisa kesombongan di hari pertama waktu nyalon komting aku maju, kali ini aku jalan niru gayanya Ari Komting. Tegas & tegap. Mungkin aja habis ini akau jadi komting, hehe.
“Dek, kenapa kamu yakin kalian ini keluarga?” Bisik Mas Nunu, sambil menatap sok sinis tepat ke mataku, persis banget 5 centimeter di depan mataku!
Kalau dunia boleh main hakim sendiri, udah aku tinju wajahnya sampe bengkak-bengkak, hehe (Maaf, Ya Mas Nunu, kamu adalah idolaku). Lha gimana lagi? Aku nggak salah apa-apa di tatap sinis gitu coba
Aku , Kan Riyan. Penuh ide. Pertama, aku tarik nafas pelan. Aku sempet ngelirik ke arah Ari yang diam,karena aku yang otaknya melenceng ini punya pikiran, “bangkitin semangatnya Komtingku! Lawan dong!”
“Mas, kami ini keluarga! Kami ini satu. Kami dateng ke sini bersma, dan keluar pun bersama!” Teriakku sangat lantang, sangat tegas, hehe. Sebenernya waktu itu aku berbisik nambahin pernyataanku, “Mau ada Komdis kayak Mas seribu, pun kami tetep keluarga, Mas! Bonyok-bonyok juga, Mas, tapi kami tetep satu.”
“Oh, gitu.” Kata Mas Nunu berjalan berputar-putar, aktingnya menjadi-jadi.
Aku nggak mau kalah akting, “Mungkin itu jawaban kami semua!” Aku jawab sambil keluarin jurus aktingku, untung aja dulu aku ikut kelas akting.
Aku diam, di dekati semua Komdis. Sendiri di depan. Kalo boleh jujur, Ya, aku waktu itu mulai merinding. Bayangin coba, dari semua sudut Komdis menatap tajam ke satu arah, si gila Riyan.
“Apa ini? Moto, Kok yang penting hepi-hepi!” Kata Mas Nunu. Lalu dia ketawa-ketawa sendirian nggak jelas, sambil sedikit dibuat-buat. Kalo aku boleh ngomong, dia ketawa kayak orang nggak jelas.
Habis denger ketawa anehnya dia, mungkin dia nggak lolos kelas akting! Aku langsung pura-pura menguap. Aku puas-puasin tertawa dalam dua lembar telapak tangan. Nggak kuat denger gaya ketawanya.
“Kamu, kembali sana!” Salam perpisahan darinya, yang juga menyelamatkan aku dari ganasnya Komdis lain yang waktu itu lagi jalan ndeketin aku.
“Alhamdulillah.”
Hari ini pun, kami masih menerima suara-suara marah yang lantang dan tugas yang tentunya lebih berat. “Tugas, hari ini dek bla bla bla bla, bla bla bla bla, bla bla...” Dan yang ku ingat hanya bla bla bla, perrcaya tidak waktu itu Komdis ngomong, “Di catet!”
Karena aku emang agak nggak jelas orangnya plus emang lagi males, yang aku tulis adalah “Pulang, pulang, pulang!”
Untung aja, waktu itu catetan kami nggak di cek satu-satu. Gimana kalo seandainya di cek? Bisa-bisa aku... Udahlah, yang namanya cowok harus dihadapi apapun itu
Hari kedua, Pun selesai.
“Ma, aku nggak bisa pulang dulu, aku ada tugas banyak.. Aku tidur di tempat Jack, bareng sama Angga.” Sempet itu kata yang terucap mengenang suara Mama, yang dua hari nggak ketemu. Aku emang anak Mama
“Ingat pesen, Mama Ya. Makan teratur, jangan lupa tidur, jangan lupa mandi!”
Aku mengiyakan pesan Mama, aku sadar pesan dan kata-kata orang tua adalah suatu mantra tersendiri yang manjur.
Aku kembali ke kos Jack, kali ini Bu Jack udah pulang ke Boyolali.
“Jack, sampein maaf ke Ibumu, Ya.” Pintaku
“Enggak apa-apa, Yan. Iya.”
Hari yang sangat monoton untuk kedua kalinya, tugas berat yang menanti kami. Tak perlu lah aku berpanjang lebar dengan tugasnya, aku sendiri sudah muak mengingatnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Sebelum tidur Jack ngomong ke aku, “Kamu nggak mandi?”
“Nggak, ah. Aku udah nggak kuat, bahkan kalo kamu ngasih film bokep aku juga udah gak kuat!”
“Wah kamu ini, istighfar!”
“Aku canda doang, kamu banyak omong, sih!” Emang dunia bokep bukan duniaku, walaupun temen SMA ku banyak yang suka. No way!
Mungkin, Jack emang bener. Aku emang jorok banget. Idiot, tepatnya kalo bahasa film. Dan kami lalu bermimpi ria untuk menuju hari ketiga fakultair, pagi hari terakhir...
“Kamu nggak mandi lagi, Ya? Nggak ganti daleman?” Kata Jack
“Udah, nih parfum masih kuat, Kok!” Kataku ketawa, malu juga sebenernya aku sama si Jack. Bayangin coba? Nggak mandi, nggak ganti hanya modal parfum selama tiga hari penuh! Lha gimana lagi? Mau pinjem punya Jack, ntar malah kekecilan. Kan, beda ukuran! Jangan mikir jorok.
Dari tatapan mukanya, Si Jack sedikit menahan sesuatu mungkin agak gimana gitu. Tapi akhirnya, dia malah ngakak-ngakak bareng Angga, “Emang temenmu ini, Kan gila!” Kata Si Angga
“Ayo, lah berangkat ke kampus.. Nggak ganti daleman juga nggak apa-apa lah, yang penting, Kan HEPI-HEPI!” Aku ngakak
*Pesan moral : Batas pakai daleman yang sama adalah dalam tempo 3 hari
Ari adalah Komting
Yang penting HEPI-HEPI
Jumat, 13 Januari 2012
Tahu Petis: Cara Mencontek Waktu Ujian
Tahu petis kali ini akan membahas seputar ujian. Lebih khususnya cara buat nyontek waktu ujian. Saya tulis ini bukan untuk mempengaruhi kalian para pembaca buat nyonterk, tetapi biar kalian tambah kreatif aja. Kan nggak selamanya ingatan kita kuat buat ngapalin buku seabrek banyaknya. Coba aja kalo kalian kepepet? Nah, semoga tulisan ini bermanfaat!
Lebih ringkasnya, ini adalah salah satu pengalaman hebohku waktu SMA. Emang banyak banget ya pengalamanku SMA, awalnya tulisan ini aku mau tambahin di “Hal-hal bodoh yang aku lakuin di SMA part 2” yang mau terbit bentar lagi, tapi karena temen-temen se-angkatanku besok mau ujian plus penulisan yang part 2 butuh waktu, jadi aku rasa perlu penulisan secara instan. So aku masukin ke Tahu petis. Check this out.
Catatan Tersembunyi
Ketika SMA dulu, aku paling anti kalo nyontek temen waktu ujian, apalagi nyontekin, udah aku gampar temen yang nyontek aku! Hehe, dulu tapi. Kalo masalah nyontek temen, no way dah! Kenapa? Bukannya aku sebagai manusia sombong atau gimana, tapi ini berdasar dua alasan kuat; pertama, karena dulu pernah waktu aku nyontek habis-habisan temenku waktu ujian sampe semuanya sama persis, sampe-sampe gurunya manggil aku selesai ujian.
“Kamu nggak ngerjain ujian, Ya?” Kata guruku di depan kelas.
“Ngerjain, Kok Bu, malah saya yakin banget kalo dapet nilai tertinggi.” Aku nyombongin diri watu itu, maklum aku kan nyontek temen yang katanya udah belajar mati-matian
“Kok Ibu nggak liat? Mana, Ya?” Sambil sok nyari hasil ujian Ibu Guru senyum-senyum meringis, nahan dikit pake tangannya.
“Ada kok Bu.” Jawabku sambil ngangguk kepala
“Coba kamu panggil ini anak..” Dia nunjukin sebuah nama seorang temen, secara aku nggak mau buat aib, kita panggil aja Mr. X
“Oke, bu...” Aku ngeliat sekilas kertas ujiannya. Lalu jalan ke-luar kelas, maklum semua temen udah pada ngeluyur keluar kelas, Kan habis ujian istirahat.
“Eh, tunggu dulu...” Kataku, sambil berhenti tepat di daun pintu
“Ibu, tolong lihat hasil kertasnya lagi, Bu...” Kataku penasaran
“Ini...”
Sial! Ini, Kan tulisanku. Kok, namanya Mr.X, Ya? Si Ibu senyum-senyum sendirian lagi ngeliatin ekspresi wajahku yang ketakutan plus sok blagu. Wah, emang namanya Riyan, kali Ya pinter pasang wajah blagu., sok kagak tahu! Langsung aja aku keluarin jurus aktingku..
“Oalah, ini tadi waktu pembagian kertas, aku nggak dapet, Bu, eh aku dikasih sama kertas ujian Mr. X, aku lupa ganti namanya, Bu!” Kataku sambil senyum & ketawa kecil
“Mosok?” (Dalam bahasa Indonesia “Masak, sih?”) Si Ibu senyum, “Jangan bohong, Ya, ada yang lebih tahu di atas, Nak.”
Si Ibu membelai lembut rambutku, dan tersenyum. “Ibu, tau kamu nyontek, Le. Daritadi ibu juga ngawasin kamu. Kamu itu anaknya pinter, Le. Kreatif! Nah, tapi kreatifmu jangan dibuat dalam urusan nyontek! Kamu rugi, coba kamu suatu saat nulis novel, Kan malah lebih bagus?”
Perkataan yang paling aku ingat!
Alasan kedua aku nggak mau nyontek adalah, karena pesan Mamaku yang ke-5 berbunyi, “Kalo kamu mau pinter, jangan nyontek, Ya dek. Kamu pasti bisa, walaupun gagal, Kan kamu tetep anak Mama!”
Emang perkataan Ibu itu manjur banget. Kalo kita ngikutin, jalan pasti akan mudah! Bahkan menurutku, doa atau perkataan Mama itu lebih manjur dan berkasiat daripada minta doanya sama orang ahli agama.
Nah, kok malah ngelantur, Ya tulisannya? So, back to cerita inti. Ada satu cara ampuh waktu SMA kalo aku mau nyontek. Lho? Katanya aku nggak nyontek? Ups, kalo nyontek temen aku paling anti, Ya! Tapi kalo nyontek catatan, adalah sebuah hobiku waktu SMA yang ke-3. Bahkan kalo di rata-rata udah ngelewatin jadwal mandiku tiap hari waktu SMA, (Kan waktu SMA, aku sering banget nggak mandi waktu berangkat pagi! Hehe). Tapi menjelang dewasa Alhamdulillah sekarang udah bisa mandi sendiri & nyadar pentingnya mandi.
Kembali ko topik, dulu waktu ujian udah deket. Aku punya strategi jitu buat dapetin hasil yang bagus! Ingat perkataan,”Ilmu kalo nggak dicatet bakal lupa.”? Nah, aku sebagai anak muda yang nggak bergelar “omdo” alias omong doang jadi aku laksanakan perkataan itu, hehe
Waktu itu..
“Yan, ngapain kamu?” Tanya temen SMA, kita panggil aja Edo, karena dia emang deket sama aku waktu SMA. Ntar kapan-kapan aku ceritain tentang ini orang.
“Aku lagi buat contekan, Nih!” Kataku sambil buat tulisan contekan.
“Wah, ternyata pake contekan, Ya? Bikin males tau!” Dia nuduh-nuduh pake jarinya ke aku, sambil senyum penuh makna kayak sule di OVJ
“Ssst, jangan ganggu!”
Aku lalu ngelanjutin buat catatan-catatan kecil. Ada beberapa tempat strategis yang aku emang biasa kasih catetan, pertama adalah bagian tangan. Ini karena dulu SMA ku modelnya pake lengan panjang! Yang kedua, aku tulis catetan kecil di kertas yang aku tempelin pake selotip di bagian dalem baju, hehe. Terus biar tambah mantep waktu nyontek, aku tulis di atasnya, “catatan contekan”, emang buku doang yang pake judul catatan (Catatan akhir sekolah, dll) , contekan ku juga!
Nah, setelah bel. Kami anak kelas masuk semua buat ujian.
“Siap, Ya. Ujian mulai.” Kata guruku nyuruh kami mulai ngerjain.
Emang gila otakku, dengan mudah dan hampir tanpa beban aku ngerjain ujian. Eh, nggak lupa aku pasang wajah serius & plus sok bingung waktu baca soalnya. Ini berguna banget biar si guru percaya ama aku.
“Aha, aku tahu..” Kataku sambil masang wajah seneng instan, ini berguna biar si Guru percaya sama kita kalo kita emang bisa
Ujian, Pun berakhir. Dan aku sangat yakin bakal lulus ujian tanpa remidi!
Tengah siang, kami solat berjamaah dzuhur. Tepatnya waktu aku lagi siap-siap wudhu di depan keran, aku lingkis sebagian lengan sampai bagian siku ke atas.
“Yan, tunggu dulu...” Kata seorang di belakangku, seorang bersuara besar. Kayaknya aku tahu!
“Kenapa?” Aku noleh, dan ternyata... Guruku! Kita panghil aja yang suka jaga pintu
“Ini apa?” Dia senyum-senyum ke aku pake wajah gembira, mungkin jika diibaratkan seperti film shaun the seep, penggembalanya waktu lukisannya terjual mahal!
“Hehehe, ini lukisan seni, Pak!” Kataku, nggak jadi wudhu
“Oh, seni, Ya? Jadi kamu suka seni?” Tanya dia
“Jelas dong, Pak!”
“Kalo gitu mau nggak Bapak kasih gambarin seni? Lebih bagus dari ini.” Bapak Guru nawarin,
“Mau banget, Pak!”
“Nanti setelah solat, dateng ke kantor, bapak mau lukis wajahmu!” Lalu Bapak langsung wudhu di sebelahku yang kebetulan kosong. Temenku pada ngomong satu kata bersama, “Eiiiaaaaaaaaaaaaaa....” Ketawa ngakak-ngakak.
Nah, setelah mendapat nasihat dari Pak Guru, aku mulai nyesel kalo nyontek itu nggak baik buat kesehatan. Mungkin hari ini aku nggak jadi dilukis, Kan bapaknya baik! Coba aja kalo wajahku dilukis? Masih mending kalo itu gambaran lukisan, gimana kalo yang ngelukis guru fisika? Atau kimia? Atau matematika? Bisa-bisa kepinteran wajahku penuh rumus
Nah, usai sekolah aku langsung pulang. Buka baju seragam & naruh di tempat cucian. Dan di dunia yang penuh Kebetulan, kebeneran juga waktu itu Mama lagi di sebelahku, langsung Mama ambil seragamku.
“Gimana ujiannya?” Tanya Mama, Beliau emang perhatian banget ke aku
“Alhamdulillah bisa, Ma.”
“Syukur, deh. Itu baru anak Mama.” Mama senyum
“Siapa dulu anak Mama, Riyan.”
“Kamu emang anak mama terbaik!” Katanya mamaku yang lagi ngotak-atik bajuku. Aku pergi ninggain mama ke ruang makan.
Tiba-tiba mama nyetop langkahku, “Kamu tadi yakin bisa?” Tanyanya.
“Yakin bisa, Ma. Kalo boleh beli borongan aku beli deh yakinnya jadi 200 persen!” Jawabku tegas.
“Oh, gitu. Kamu enggak lupa pesan mama, Kan?”
“Yang apa, Ma? Semua pesan mama yang jumlahnya 20-an udah aku rangkum jadi buku, masa aku lupa!” Protesku
“Inget pesen mama ke-5, nggak?”
“Jangan nyontek temen, kan? Aku nggak lakuin itu kok, Mah!” Aku lalu lanjutin makan.
“Hmm, emang anak muda kali, Ya.” Mamaku, lalu nunjukin sebuah kertas kecil bertuliskan “catatan contekan”
“Itu... Catatan ujian, Ma. Kan, katanya ilmu harus di catat.” Aku gugup, menghadapi Beliau
“Yan, yan... Cukup sekali, Ya?” Beliau lalu mengelur rambutku, tegas dan lembut. Tanpa intimidasi. Walaupun ini bukan blog lebay, aku tuliskan di sini, “seperti malaikat.”
Sedikit sekali perasaanku ingin kembali nyontek, aku tersenyum balas ke wajahnya. Masih terkenang sanjungan Mama dan manjaan mama, saat aku diceritakan akan sukses tanpa contekan!
“Maaf, Ya Ma. Cukup sekali” Tanda silang kelingking berarti janji telah terikat dari sejak itu hingga sekarang, hasilnya? Lihat sendiri ke kenyataan hidupku, semua terasa indah dan ilmu lebih bermanfaat!
Sejak saat itu, relatif dapet ranking
Relatif, nggak mudah lupa pelajaran
Lebih pinter ngitung waktu pelajaran fisika, bahkan pernah suatu ketika dapet surat rujukan dari guru ikut lomba! Alhamdulillah
+++
Pesan moral: Kalo nggak mau dapet ranking, pakailah kertas contekan
Kalo mau pinter fisika, harus pinter matematika
Kalo mau bohong jangan akting, bohonglah dengan jujur
Doa ibu, lebih manjur dari doa banyak ahli ibadah
*jangan membaca tahu petis tanpa bimbingan orang tua
** Buat temen osteon, semangat Ya! Aku yakin jiwa dan semangat kalian sekuat tulang keras. Jangan kecewakan Ari, yang waktu itu hampir pulang tapi gag jadi