Setan
apa yang merasuki diriku untuk menulis malam-malam gini? Hah! Apa ajalah yang
penting aku gak meninggalkanmu “pena”. Aku terus terang rindu dengan rangkaian
kata yang mengucur begitu saja ketika berhadapan dengan kertas putih ini.
Hahaha..
Oke,
membicarakan apa, Ya? Hari ini masih sibuk seperti hari biasanya yang isinya
kegiatan kampus plus organisasi dan tak lupa main dong. Nah, di sela-sela
kegiatanku itu, aku masih sempet nonton
tivi lho! dan acara yang aku tonton itu film kartun, Naruto.
Tahu
Naruto, Kan? Itu lho film kartun ninja-ninja yang punya jurus seribu bayangan.
Tahu, Kan? Naruto ini merupakan film kartun kesukaanku. Kenapa? Bukan karena
efek gambar atau senjata-jurusnya yang super keren, memang sih aku apresiasi
imajinasi komikusnya yang super imajinatif itu, but aku lebih suka naruto
karena dia punya semangat yang pantang menyerah! Sama kayak gue sob!
Kadang
waktu Naruto hampir kalah, udah babak belur dan hampir mati pokonya serasa mustahil menang deh, tiba-tiba aja dia
inget masa lalunya, teman-teman, orang yang dicintai termasuk orangtuanya yang
bahkan ia tak pernah ketemu sekalipun dan guru-gurunya. Akhirnya DIA BANGKIT!
Nah ini yang paling gue suka, seorang yang optimistis!
Jiwa
optimis naruto udah mengalir di tubuhku mengisi kapiler darah terkecil
sekalipun, hehe (sindrom anak kedokteran, ngomongnya ada anatomi terus). Tapi ini emang bener. Namun, lucunya ada sifat naruto yang
masuk diam-diam ke dalam polah tingkah si penulis, yaitu sifat ceroboh dan
terlalu mengentengkan yang berlebihan! Astaghfirullah.. But, Inilah aku si
naruto yang meluncur di dunia maya. Yang akan menjadi hokage di Indonesia dan
akan menjadi manusia paling super di dunia ninja, hehehe. Berasa banget
semangatnya si naruto ini.
Oke,
cukup untuk membahas naruto dan seluk beluknya. Sekarang balik lagi ke cerita
film naruto. Pagi tadi ada kejadian di film naruto yang mengusik perasaanku,
yaitu ketika naruto mendapat es stik dari gurunya, Jiraiya.
"Terimakasih.."
Ketika itu naruto
duduk bersandar di bawah pohon berdampingan dengan Jiraiya. Dia diam saja
seperti menahan sesuatu atau mungkin inilah yang akan dirasakan seorang anak
dan ayahnya, hubungan batin yang tidak pernah sekalipun naruto merasakannya.
Hufh.. menyedihkan bukan?
Bukan
kesedihan yang dia ajarkan melalui secuil kisahnya di rindangnya pohon. Namun
dia mengajari tentang kasih sayang. Saya jadi ingat bahwa saya masih memiliki
keluarga yang lengkap tidak seperti tokoh film kartun ini. Kami berbeda secara
garis keturunan. Saya bisa merasakan hangatnya ibu dan suaka cinta seorang
ayah. Terkadang walau bertengkar saya bahkan memvoting seratus persen lebih
ingin memiliki saudara seperti sekarang. Saya dan dia memang berbeda.
Jadi,
melalui tulisan yang berpadu malam ini.. i just want say simple “love my family
so much” Ahahaha