Rabu, 28 Maret 2012

naruto


                Setan apa yang merasuki diriku untuk menulis malam-malam gini? Hah! Apa ajalah yang penting aku gak meninggalkanmu “pena”. Aku terus terang rindu dengan rangkaian kata yang mengucur begitu saja ketika berhadapan dengan kertas putih ini. Hahaha..
                Oke, membicarakan apa, Ya? Hari ini masih sibuk seperti hari biasanya yang isinya kegiatan kampus plus organisasi dan tak lupa main dong. Nah, di sela-sela kegiatanku itu, aku masih sempet  nonton tivi lho! dan acara yang aku tonton itu film kartun, Naruto.
                Tahu Naruto, Kan? Itu lho film kartun ninja-ninja yang punya jurus seribu bayangan. Tahu, Kan? Naruto ini merupakan film kartun kesukaanku. Kenapa? Bukan karena efek gambar atau senjata-jurusnya yang super keren, memang sih aku apresiasi imajinasi komikusnya yang super imajinatif itu, but aku lebih suka naruto karena dia punya semangat yang pantang menyerah! Sama kayak gue sob!
                Kadang waktu Naruto hampir kalah, udah babak belur dan hampir mati pokonya serasa mustahil menang deh, tiba-tiba aja dia inget masa lalunya, teman-teman, orang yang dicintai termasuk orangtuanya yang bahkan ia tak pernah ketemu sekalipun dan guru-gurunya. Akhirnya DIA BANGKIT! Nah ini yang paling gue suka, seorang yang optimistis!
                Jiwa optimis naruto udah mengalir di tubuhku mengisi kapiler darah terkecil sekalipun, hehe (sindrom anak kedokteran, ngomongnya ada anatomi terus). Tapi ini emang bener. Namun, lucunya ada sifat naruto yang masuk diam-diam ke dalam polah tingkah si penulis, yaitu sifat ceroboh dan terlalu mengentengkan yang berlebihan! Astaghfirullah.. But, Inilah aku si naruto yang meluncur di dunia maya. Yang akan menjadi hokage di Indonesia dan akan menjadi manusia paling super di dunia ninja, hehehe. Berasa banget semangatnya si naruto ini.
                Oke, cukup untuk membahas naruto dan seluk beluknya. Sekarang balik lagi ke cerita film naruto. Pagi tadi ada kejadian di film naruto yang mengusik perasaanku, yaitu ketika naruto mendapat es stik dari gurunya, Jiraiya.
"Terimakasih.."
 Ketika itu naruto duduk bersandar di bawah pohon berdampingan dengan Jiraiya. Dia diam saja seperti menahan sesuatu atau mungkin inilah yang akan dirasakan seorang anak dan ayahnya, hubungan batin yang tidak pernah sekalipun naruto merasakannya. Hufh.. menyedihkan bukan?
                Bukan kesedihan yang dia ajarkan melalui secuil kisahnya di rindangnya pohon. Namun dia mengajari tentang kasih sayang. Saya jadi ingat bahwa saya masih memiliki keluarga yang lengkap tidak seperti tokoh film kartun ini. Kami berbeda secara garis keturunan. Saya bisa merasakan hangatnya ibu dan suaka cinta seorang ayah. Terkadang walau bertengkar saya bahkan memvoting seratus persen lebih ingin memiliki saudara seperti sekarang. Saya dan dia memang berbeda.
                Jadi, melalui tulisan yang berpadu malam ini.. i just want say simple “love my family so much” Ahahaha
               

















Tidak ada komentar: