Iseng-iseng
baca majalah, ada satu halaman khusus yang ngebahas tentang “lucky moment”. Di
majalah itu, ada kuesioner sederhana untuk para remaja tentang lucky moment
mereka. Ada yang nulis lucky moment waktu selamat dari kecelakaan, dapet makan
gratis, dapet pacar, dan lain-lain.
Namun
dari semua pendapat mereka, ada satu pendapat yang paling aku sukai.
“Bagiku
setiap hari itu lucky moment.” Pendapat seorang pemuda, dari cara menjawab dan
sekilas profilnya, aku tahu kalo dia punya jiwa seperti saya. Positif thinker
Aku
emang sependapat sama itu orang, bahwa tiap hari itu lucky. Ini yang selalu aku
tanamkan di tiap pagi sebelum menjalani aktivitas, bahkan di saat tersulit
sekalipun aku selalu berpikir ini adalah lucky momenku.
Contohnya
aja, kejadian minggu ini. Kejadian yang membuat miris sebagian besar temenku di
FK dan aku sendiri juga bingung kenapa bisa coba ini keadaan dateng ke aku. Ini
berawal ketika aku dapet nilai A untuk mata kuliah agama..
“Njung,
kamu udah ujian akhir agama?” Waktu itu aku lagi diskusi sama sohib setia,
Tunjung. Oh, iya tentang si Tunjung belum aku bahas detail, Ya? Kapan-kapan aku
bahas.
“Udahlah,
emang kenapa? Aku selalu ngikutin keadaan.” Nah sekilas aja, Tunjung ini
orangnya selalu ‘terpaku’ pada aturan dan pasti mengikuti alur, cenderung
monoton
“Aku
belum ujian, kira-kira gimana, Ya?”
“Cepet
di urus, ntar nilaimu dapet D! Kalo kamu dapet D, kamu bakal ulang modul dan
bayar lagi! Eh, kemaren waktu ujian kamu kemana?” Tanya dia heran
Nah,
karena Tunjung nanya kayak gitu, aku jelasin bahwa aku nggak ikut ujian karena
malem harinya & pagi harinya aku enggak belajar. Bahkan aku baru tahu ada
ujian pagi hari dapet SMS dari temen.
“Daripada
aku nggak bisa ngerjain, mending aku nggak masuk sekalian, Njung! Cukup waras,
Kan?” Hehe
Kira-kira
seperti itu, diskusi aku & Tunjung. Lebih tepat antara si pematuh aturan
dan si tidak taat aturan. Lintang & Mahar, Ikal & Arai, Tunjung &
aku
Selang
hari berganti, pasti kalian tahu apa yang aku lakuin. Aku ikut ujian susulan
sesuai jadwal dan berhasil mengerjakan semua soal tanpa terkecuali! Dan si
Dosen memujiku dengan kalimat, “Selamat
anda tertipu, saya itu Riyan, mana mungkin se-rajin itu sampai mengikuti
susulan! hehe” .
Emang
dasar diriku yang ceroboh ini, sampai lupa kalau aku belum ujian! Dan hari
pengumuman nilai itu pun datang. Di saat semua temen FK menanti kepastian
nilai, aku malah enggak tahu hari itu pengumuman dan di tempel dimana ini
nilai, hehe
“Yan,
nilai akhirmu dapet A!”
Aku
bingung sama apa yang diomongin temenku, ini bercanda apa gimana, orang aku aja
nggak ikut ujian waktu itu plus aku nggak ngerjain tugas makalah syarat ujian
apalagi aku kan di cap sering telat sama dosen!
“Kamu
bohong, Kan? Aku mau daftar remidi, kok.”
“Aku
yang lihat nilaimu, aku aja AB.”
Ndak
perlu lah aku tulis percakapan dengan temenku ini, karena isinya Cuma dua
kalimat sakti, “Yang bener?” dan satu lagi “Ya!”
Memang
aneh, aku sendiri merasa ini kurang adil, Namun gimana adilnya coba? Masih
mending kalau aku dapet nilai C, nah ini nggak ikut ujian bisa dapet A. Dan
jika semua temanku bertanya apa rahasianya, selalu aku jawab “banyakin aja
sodakoh! Biar dapet lucky moment tiap hari!” Hehe..
Nggak
percaya? Silahkan coba
2 komentar:
lucky moment adalah saat kita mensyukuri dan menikmati segala yg terjadi, kegiatan, dll :)
@dewanty A
bener banget, setuju deh :)
Posting Komentar